Page 23 - Kebijakan Cultuurstelsel Belanda di Karesidenan Madiun
P. 23

3


                  Dampak Pelaksanaan Kebijakan

                  Cultuurstelsel  Di Keresidenan Madiun



                  A. Dampak Ekonomi Pelaksanaan Cultuurstelsel di Keresidenan Madiun

                         Adapun  salah  satu  dampak  pelaksanaan  Cultuurstelsel  di  Keresidenan

                  Madiun  adalah    pembangunan  dan  perbaikan  berbagai  infrastruktur.  Sejalan
                  dengan  tuntutan  untuk  meningkatkan  produksi  tanaman  ekspor,  pemerintah

                  Belanda mulai melakukan pembangunan dan perbaikan berbagai infrastruktur,
                  seperti saluran air atau irigasi dan jalur transportasi. Infrastruktur pertama yang

                  banyak dibangun oleh pemerintah Belanda adalah irigasi. Berdasarkan laporan

                  Kolonial  Verslag,  disebutkan  bahwa  selama  tahun  1856-1868  pemerintah
                  Belanda  telah  membangun  178  proyek  irigasi  yang  terdiri  dari  68  proyek  di

                  Madiun, 57 di Ngawi, 31 di Ponorogo, 17 di Magetan, dan 5 di Pacitan. Dari
                  proses  pembangunan  proyek  irigasi  tersebut  menghasilkan  perluasan  lahan

                  produktif.  Hingga akhir abad ke 19, proyek pembangunan irigasi  di  wilayah

                  keresidenan  Madiun  terus  dilakukan.  Bahkan,  pemerintah  Belanda  berhasil
                  membangun  saluran  ledeng  untuk  air  minum  dan  irigasi  di  daerah  Kajuran,

                  Gegermalang, Krangkeng, dan Cermo (Margana, 2017 : 143).
                        Selain  itu  pemerintah  Belanda  juga  membangun  dan  memperbaiki

                   infrastruktur transportasi darat seperti jalan raya dan jalur kereta api. Perbaikan
                   jalan  raya  tersebut  bertujuan  untuk  mengangkut  hasil  panen,  mempercepat

                   pengiriman pos, komunikasi, dan pengiriman logistik. Pemerintah Belanda juga

                   membangun jalur kereta api yang menghubungkan Madiun—Solo. Jalur kereta
                   api  tersebut  direalisasikan pada tahun 1880 dan  mulai  beroperasi  pada bulan

                   Mei tahun 1881. Pembangunan jalur kereta api tersebut digunakan sebagai lalu
                   lintas  manusia,  barang,  dan  bala  tentara.  Namun,  berdasarkan  laporan  resmi

                   tahun 1880, kemudahan  transportasi ini justru menyebabkan tingkat kejahatan
                   semakin  meningkat.  Meski  demikian,  pembangunan  jalur  kereta  api  juga

                   menyebabkan  perubahan  pola  perdagangan  di  daerah  pedalaman.  Menurut

                   laporan Wiselius, daerah Keraton menerima banyak pasokan beras dari Madiun
                   dan  daerah  timur  lainnya  akibat  pembangunan  jalur  kereta  api  Madiun-

                   Surakarta (Ham, 2018 : 204).



                  22 | P a g e
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28