Page 52 - Puisi-puisi Agrariai.indd
P. 52

Makan Malam Bersama Ayah
                                     :Munir!


                                     Mahendra



             Gumpalan tanah adalah rumahnya. seperti siang yang panjang.
             berkisah tentang kehidupan yang sesungguhnya; tentang apakah
             yang mereka mimpikan? Beritaberita yang tak berpihak terus saja
             menjadi kanakkanak nakal, menghilangkan tubuhnya pada aspal,
             senja dan stasiun: dimana kita pernah menguburkan munir.

             Di atas meja, malam terhidang bersama kesedihan. Seperti
             mengantar kakek ke kuburan. Membawa gumpalan tanah yang
             sama. Membawa sebuah koran dan nasi bungkus.


             Di jalanan, kaki tentara berkisah tentang pemerintahan yang
             korup dan otoriter, jaringjaring bahasa yang satu arah –sepeda,
             becak, pejalan kaki dilarang melintas! Mobilmobil berlarian
             menembus jalanan. Senapan memuntahkan beribu jarum
             di jantung negeri. Bapak kembali tersedak duriduri ikan.
             Dimintanya aku memukul punggungnya, seperti memukul
             beduk saat maghrib tiba.


             Di atas meja, batangbatang padi tumbang mencium tanah,
             seperti diriku yang sedih mengenangnya:

             Munir!


             Sumenep, 2010


                                          Tanah-tanah kerontang    37
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57