Page 147 - Buku SKI XII MA
P. 147
negara ini dikecam karena politik 'apartheid', tetapi sekarang Afrika Selatan adalah
sebuah negara demokratis dengan penduduk kulit putih terbesar di benua Afrika.
Negara ini merupakan negara dengan berbagai macam bangsa dan mempunyai 11
bahasa resmi. Negara ini juga terkenal sebagai produsen utama berlian, emas dan
platinum di dunia.
Masyarakat Afrika Selatan secara budaya menunjukkan kombinasi budaya
dengan budaya luar, seperti bahasa dan sastranya. Bahasa asli Afrika telah
bercampur dengan peran pendatang, terutama kolonialisme Barat. Akibat kendali
oleh Orang kulit putih, hingga mereka sangat menentukan arah dan pola kebudayaan
Afrika Selatan meskipun mereka minoritas secara etnis.
Pada tahun 1993 M, pemerintah melakukan pengelompokan terhadap
penduduk yang terbagi dalam empat golongan: keturunan Afrika hhitam 32 juta jiwa,
kulit berwarna 5 juta jiwa, keturunan India 1 juta jiwa, dan kulit putih 5 juta jiwa.
Penduduk Muslim mencapai 2,5 % dari jumlah keseluruhan penduduk. Mayoritas
mereka keturunan Afrika 49,8 %, kulit berwarna 47 %, keturunan India dan kulit
putih 0,7 %.
Sejarah masuknya Islam di Afrika selatan dimulai kedatangan kaum Muslimin
yang terbagi dalam dua kelompok. Pertama, dibawa kolonial Belanda (1652-1807
M) yang terdiri imigran seperti; budak, tahanan politik, dan pejabat kriminal dari
Afrika Barat, Afrika Timur dan Asia Tenggara. Kaum Muslim pertama yang datang
ke Afrika Selatan adalah mereka yang disebut sebagai Mardyckers. Orang-orang ini
berasal dari Ambon, Maluku. Mereka datang ke Afrika Selatan sebagai tenaga
keamanan menjaga kepentingan VOC dan orang belanda dari gangguan penduduk
setempat. Sebagian dari orang-orang Mardyckers ini beragama Islam. Namun,
pemerintah kolonial melarang mereka beribadah secara terbuka, dan bagi yang
melanggarnya akan diancam hukuman sangat berat.
Tahun 1667 M rombongan dari Nusantara kembali datang ke Tanjung
Harapan. Namun status mereka kali ini bukan lagi sebagai orang merdeka, tetapi
budak Belanda. Pada tahun yang sama Tanjung Harapan kemudian ditetapkan
sebagai tempat pembuangan tahanan politik. Pada 13 Mei 1667, kapal dagang
bernama Poelsbroek, berangkat dari Batavia tanggal 24 Januari 1667 merapat di
Tanjung Harapan. Di dalamnya terdapat tahanan politik, yang disebut Orang Cayen
(orang-orang kaya dan berpengaruh). Mereka adalah bangsawan atau Ulama dari
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII 135