Page 138 - FIKIH_MA_KELAS X_KSKK_2020
P. 138

atau jual beli adalah tukar menukar materi (māliyyah) yang memberikan konsekuensi

                      kepemilikian  barang  (‘ain)  atau  jasa  (manfa’ah)  secara  permanen.  Definisi  ini  akan
                      mengecualikan beberapa transaksi:

                       a.  Transaksi hibah (transaksi pemberian). Dalam transaksi  hibah tidak ada praktik
                          tukar menukar (mu’āwaḍah). Karena tukar menukar dilakukan oleh kedua belah

                          pihak, sedangkan dalam transaksi hibah hanya dari satu pihak.
                       b.  Transaksi  nikah.  Walaupun  nikah  termasuk  akad  mu’āwaḍah,  tapi  tidak  terjadi

                          pada sebuah materi (māliyyah). Karena farji tidak masuk dalam kategori materi.

                       c.  Transaksi ijārah (transaksi persewaan). Transaksi ijārah tidak bersifat permanen.
                          Karena  transaksi  ijārah  adalah  pemindahan  kepemilikan  manfaat  dalam  batas

                          waktu yang telah ditentukan.


                  3.  Praktek jual beli
                      Praktek jual beli ada tiga macam:

                      a.  Bai’ Musyāhadah
                              Bai’ musyāhadah adalah jual beli komoditi (ma’qud ‘alaih) yang dilihat secara

                         langsung  oleh  pelaku  transaksi.  Batasan  musyāhadah  bersifat  relatif    sesuai

                         karakteristik  komoditinya.  Setiap  bentuk  musyāhadah  yang  bisa  menghasilkan
                         ma’lum  pada  komoditi  maka  dianggap  cukup,  baik  dengan  cara  melihat  secara

                         keseluruhan, sebagian atau secara ḥukman (seperti melihat pada bungkus).

                              Melihat  sebagian  komoditi  dianggap  cukup  jika  telah  mewakili  keseluruhan
                         kondisi  komoditi,  seperti  jual  beli  dengan  mengacu  pada  sampel  (unmūżaj)

                         komoditi.  Contoh:  cukup  melihat  sebagian  beras  dalam  praktek  jual  beli  satu
                         karung beras. Tidak perlu melihat seluruh beras dalam karung.

                               Melihat secara ḥukman dianggap cukup jika bagian luar komoditi berfungsi
                         sebagai pelindung komoditi. Praktek ini dianggap cukup karena jika harus melihat

                         kondisi  komoditi bagian dalam akan berkonsekuensi  merusak komoditi. Contoh:

                         cukup  melihat  kulit  telur  dan  kulit  mangga  dalam  praktek  jual  beli  telur  dan
                         mangga. Tidak perlu melihat bagian dalamnya.

                      b.  Bai’ Mauṣuf Fī Żimmah
                                 Bai’ mauṣuf fī żimmah adalah transaksi jual beli dengan sistem tanggungan

                         (żimmah) dan metode ma’lum nya melalui spesifikasi kriteria (ṣifah) dan ukuran
                         (qodru).






               126   BUKU FIKIH X MA
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143