Page 28 - E-Book SKI Kls 6 smst 1
P. 28
4. Memanfaatkan Seni Pertunjukan sebagai Media Dakwah
Pada masa Majapahit, pertunjukan di masyarakat berhubungan dengan ritual-
ritual keagamaan Hindu-Budha yang berkaitan dengan tempat-tempat sakral, pilihan
hari dan waktu, pemain terpilih, sesaji, dan busana khusus.
Seni wayang diperkirakan sudah ada di Nusanatara sejak tahun 930 M yang
merupakan asli kebudayaan Jawa. Pertunjukan wayang merupakan pertunjukan ritual
yang berasal dari cerita Ramayana dan Mahabrata. Pegelarannya dikaitkan dengan
upacara spritual agar terhindar bencana-bencana bersifat gaib. Karena itu dalang
diposisikan sebagai orang suci atau pendeta.
Melihat potensi dakwah dalam pertunjukan ini , Sunan Giri dan wali songo
lainnya mengambil alih seni pertunjukan dan mengembangkannya, menyesuaikan
dan menyelaraskan isi cerita dengan ajaran tauhid dalam Islam. Seperti menggelar
pertunjukan wayang krucil dengan pedoman cerita Menak, yang mengisahkan
kepahlawanan Hamzah, paman Nabi Muhammad Saw. Pergelarannya pun disertai
tata cara dan sopan santun yang
baik, dan jauh dari maksiat.
C. Sikap Positif dalam Pribadi Sunan Giri
Dalam usaha menyebarkan dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia, Sunan
Giri patut menjadi teladan dalam sikap Positif yang ditunjukkan, yaitu:
1. Santri cerdas, tekun, dan ulet dalam menuntut ilmu
Sejak anak-anak hingga tumbuh dewasa Raden Paku mengenyam pendidikan
pesantren di Ampeldenta dan berguru kepada Syekh Maulana Ishak, ayahnya saat singgah
di Malaka, Aceh. Kecerdasannya diakui Sunan Ampel sehingga diberikan gelar Raden
Ainul Yaqin
2. Toleran dan bijak dalam berdakwah
Dalam melaksanakan dakwahnya, Sunan Giri terkadang mendatangi masyarakat ke
rumahnya dan berbicara empat mata untuk menyampaikan ajaran Islam, kemudian
mengumpulkan mereka dalam acara-acara yang menjadi tradisi masyarakat seperti
selamatan, lalu Sunan Giri memasukkan ajaran Islam sehingga lambat laun ajaran Islam
diterima dengan baik tanpa paksaan.
21 E-BOOK SKI _ KELAS VI _ SEMESTER 1