Page 49 - e-book sungai musi
P. 49
2.2. PEMBANGUNAN KOTA PALEMBANG DI ZAMAN
BELANDA ( MENGUBAH “ RUANG AIR “ MENJADI “
RUANG DARATAN “ )
Urat nadi transportasi kota Palembang tempo dulu didominasi
menggunakan perahu untuk menjangkau dari satu tempat ke tempat
yang lainnya dengan melewati sungai. Sebelum 1928, jalan darat yang
ada sedikit sekali. Untuk memudahkan transportasi, Belanda
kemudian membangun daratan dengan cara membuat jalan dengan
menimbun daerah aliran sungai yang banyak terdapat di dalam kota
Palembang. Artinya sungai dan rawa-rawa ditimbun untuk
mempersatukan pulau-pulau yang dipisahkan oleh aliran sungai -
sungai tersebut. “ruang daratan” pertama tercipta sepanjang 20 km
mulai ini dari Jalan Belakang Benteng kuto besak (jl merdeka
sekarang) sampai ke Sungai Tengkuruk (jl Tengkuruk Permai
sekarang) dengan menembok (menimbun) Sungai Kapuran, Sungai
Tengkuruk, Sungai Sayangan, dan Sungai Rendang. Jalan di atas
Sungai Tengkuruk tersebut terbentuk mulai dari pelabuhan muara
Sungai Tengkuruk yang diperpanjang sampai ke daerah Talang Jawa
(jl lintas Sumatera sekarang), sekarang depan Pasar Cinde. Nama –
nama sungai tersebut sebagian masih diabadikan hingga sekarang
menjadi nama jalan. Sungai Tengkuruk menjadi anak sungai pertama
yang ditimbun untuk dijadikan boulevard (jalan) kota pada 1929
sampai 1930. Penghilangan makna kota sebagai kota sungai yang
indah tersebut berlanjut terus hingga sekarang .
Ketika Pelabuhan Boom Baru dibangun pada 1908 maka
dirasakan mulai timbul kebutuhan untuk memperluas ruang daratan ke
arah sebelah timur pada 1932, maka pemerintah gemeente
(pemerintahan kolonial Belanda) membuat jalan tembusan ke
Pelabuhan Boom Baru yang memanjang mulai dari Masjid Lama,
melewati Sungai Sayangan, Sungai Rindang, dan Sungai Bajas.
Sementara untuk keperluan transportasi ke arah sebelah ilir bagian
barat dibuat Jalan Raadhuisweg, sekarang Jalan Merdeka, yang
bersambung dengan Jalan Nassaulaan, sekarang Jalan Taman Talang
Semut, yang menghubungkan pusat kota dengan komplek pemukiman
Eropa di Talang Semut dengan menimbun Sungai Kapuran dan
melewati Sungai Sekanak.
22 SUNGAI MUSI; Jejak Perjalanan dan Pembangunan Berkelanjutan