Page 36 - EMODUL TEMATIK VIODILLA PUTRI
P. 36
digunakan oleh masyarakat suku Pepadun adalah Bahasa Lampung
dengan dialek “O”. Pelafalan yang diucapkan oleh masyarakat ini adalah
pelafalan dengan irama atau intonasi yang mengayun dan menekan.
Tak jarang pengguna bahasa dialek “O” ini diidentikkan sebagai
masyarakat yang kurang ramah karena cara berbicaranya. Namun, ada
beberapa daerah masyarakat Lampung Pepadun yang juga
menggunakan bahasa dialek “A” dalam bahasa percakapan sehari-hari.
Siger, Hiasan Mahkota Perempuan yang digunakan oleh
masyarakat suku Pepadun, berjumlah sembilan lekuk yang bermakna
sembilan marga yang membentuk Abung Siwo Megou. Baju yang
dikenakan oleh masyarakat ini pada upacara adat atau pernikahan juga
didominasi dengan warna putih.
Masyarakat Lampung Saibatin tinggal di sepanjang pesisir
Lampung. Diyakini, masyarakat suku Pesisir ini menjadi cikal bakal dari
suku Lampung di Indonesia. Hal ini ditandai dengan hadirnya Kerajaan
Sekala Berak yang merupakan kerajaan tertua di Lampung dan
bermukim di Lampung Barat.
Sampai saat ini, Kerajaan Sekala Berak masih berdiri dengan
memiliki empat Kepaksian (sub-kerajaan) yang tersebar di seluruh
Lampung. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Pesisir adalah
bahasa Lampung dengan dialek “A”. Pelafalan yang digunakan oleh
masyarakat ini lebih jelas, hampir setara dengan pelafalan Bahasa
Indonesia pada umumnya.
Siger masyarakat suku Saibatin memiliki tujuh lekuk dengan
hiasan bunga pada bagian atas, yang menandakan tujuh sungai yang
ada di Lampung. Ada juga yang mengatakan bahwa Siger masyarakat
suku Pesisir terpengaruh oleh budaya masyarakat Pagaruyung,
Sumatera Barat. Ada juga Siger yang memiliki tali yang menjuntai
menutupi wajah. Siger ini digunakan oleh masyarakat suku Pesisir-
Melinting di Lampung Timur. Pada acara-acara adat dan pernikahan pun
warna baju yang digunakan oleh masyarakat ini adalah warna merah.
Sumber : Lampung.com https://bit.ly/3bVOMLr
Siger Pepadun Dan Saibatin