Page 12 - EMODUL BAHASA INDONESIA REVISI IV
P. 12

D.  Uraian Materi

               1.  Mengenal dan Memahami Puisi Rakyat

                     Melalui kesastraan lama kamu dapat memahami nilai-nilai yang ingin diwariskan
               para  leluhur.  Puisi  rakyat  berupa  pantun,  syair,  gurindam,  atau  puisi  rakyat  yang

               berkembang di daerah tertentu. Pada acara-acara di televisi, kepiawaian membuat

               pantun masih menjadi andalan untuk melucu. Pada lagu-lagu juga masih ditemukan
               pantun. Sementara untuk gurindam, syair, dan sastra lama yang lain agak kurang lagi

               didengar. Dalam dunia kesastraan kita memiliki warisan turun-temurun berupa cerita

               rakyat atau puisi rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Karena merupakan
               hasil  turun-temurun  dan  tidak  diketahui  siapa  pengarangnya,  puisi  lama  biasanya

               disampaikan dari mulut-kemulut. Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-
               aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait dan juga

               pengulangan kata yang bisa di awal maupun di akhir sajak atau kita kenal dengan
               sebutan rima. Pada bagian ini puisi lama yang akan dibahas adalah pantun, syair dan

               gurindam.


               A.  Membaca Puisi Rakyat

                     Baca secara berantai pantun warisan nenek moyang kita! (Gunakan irama lagu
               Rasa  Sayange)  Marilah  membaca  puisi  rakyat  untuk  mengenali  bentuk  dan

               memahami nilai luhur yang terkandung di dalamnya!

                                 Pantun 1                                     Pantun 2
                      Air surut memungut bayam,                   Baik bergalas baik tidak,

                      Sayur diisi ke dalam kantung;               Buli-buli bertali benang;

                      Jangan diikuti tabiat ayam,                 Baik berbalas baik tidak,
                      Bertelur sebiji riuh sekampung.             Asal budi sama dikenang.


                                 Pantun 3                                     Pantun 4
                      Ikan nila dimakan berang-berang,            Akar keladi melilit selasih,
                      Katak hijau melompat ke kiri;               Selasih tumbuh di hujung taman;

                      Jika berada di rantau orang,                Kalungan budi junjungan kasih,

                      Baik-baik membawa diri.                     Mesra kenangan sepanjang zaman









                                                            7
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17