Page 31 - New Final HS Mutahar
P. 31
18 | Husein Mutahar dalam Lintasan Sejarah: Riwayat Sang Pandu Sejati
cita/konsepsi persatuan 60 organisasi kepanduan di Indonesia yang
disampaikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan dr. Abdul Azis
Saleh, Menteri Pertanian kepada Presiden Sukarno, memberikan dampak
dengan munculnya kebijakan Presiden pada tanggal 9 Maret 1961
membentuk satu panitia untuk menyelenggarakan cita-cita tersebut.
Sejalan dengan realita tersebut, R. Darmanto Djojodibroto
mengulas hal tersebut dalam bukunya yang berjudul Pandu Ibuku. Dalam
ulasannya Darmanto menyatakan bahwa Presiden membentuk Panitia
Dua yang beranggotakan Prof. Dr. Priyono (Menteri Pendidikan Dasar
dan Kebudayaan) dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi, dan
Pengembangan Masyarakat Desa) yang keduanya cenderung mengagumi
komunisme. Prof. Dr. Priyono sempat mengusulkan agar kepanduan
dibubarkan dengan peleburan organisasi kepanduan ke dalam apa
yang dinamakan Pramuka. Mengganti dengan suatu gerakan pionir
muda seperti di negara-negara Komunis. Arti harfiah pramuka yang
dimaksudkan Priyono adalah “paling depan”, mencontoh gerakan pemuda
di negara komunis, Kommunisticheskiy Soyuz Molodyozhi (Komsomol),
organisasi pemuda politik yang digambarkan sebagai divisi pemuda dari
Partai Komunis di Uni Soviet.
Azis Saleh yang merupakan Menteri Pertanian dan mantan anggota
Jong Java Padvinderij (JJP) di Malang dan kemudian di Batavia merasa
keberatan apabila dua orang yang berlatar belakang anti kepanduan ini
ditugaskan menata kepanduan. Ia pun kemudian menghubungi Presiden
Sukarno dan menyatakan bahwa secara pribadi ia tidak setuju dengan
pendapat Prof. Dr. Priyono. Presiden Sukarno kemudian memasukkan Azis
Saleh ke dalam keanggotaan menjadi Panitia Tiga. Agar kedudukannya
lebih kuat, Azis Saleh meminta kepada Presiden Sukarno agar Sri Sultan
Hamengkubuwono IX yang juga anggota pandu dimasukkan ke dalam
kepanitiaan menjadi Panitia Empat. Akhirnya tim yang dibentuk
berjumlah 4 orang terdiri dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Dr.
Priyono, dr. Abdul Azis Saleh, dan Achmadi.
Panitia empat orang itu belum dapat menyelenggarakan rapat
karena Surat Keputusan tentang pengangkatan/pembentukan panitia
belum ada. Akan tetapi tanpa sepengetahuan Ketua Panitia dan anggota
panitia lainnya, bersama Achmadi, Prof. Dr. Priyono menyusun konsep