Page 42 - New Final HS Mutahar
P. 42

Inventarisasi Sumber Arsip Husein Mutahar: Pengabdian dan Karyanya | 29


                       Untuk pengibaran pada tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka,
                   sebelumnya telah dibuat sebuah duplikat bendera pusaka lain dengan
                   bahan yang tersedia, yakni dari kain bendera (wool) yang berwarna
                   merah dan putih kekuning-kuningan. Karena lebar kainnya hanya 50 cm,
                   setiap bagian merah dan putih bendera itu terdiri dari masing-masing
                   tiga potongan kain memanjang. Seluruh potongan itu disatukan dengan
                   mesin jahit dan pada salah satu bagian pinggirnya dipasangi sepotong tali
                   tambat.

                       Pemasangannya di tali tiang tidak satu persatu (seperti pada duplikat
                   bendera pusaka hasil karya Balai Penelitian Tekstil), tapi cukup diikatkan
                   pada kedua ujung tali tambatnya. Ketidaksamaan bentuk tali pengikat
                   antara  duplikat  bendera  pusaka  di  Istana  Merdeka  dengan  duplikat
                   bendera pusaka yang dibagikan ke daerah, seringkali menimbulkan
                   masalah. Dalam pengibaran bendera pusaka di daerah, terjadi
                   ketidakpraktisan saat mengikat tali tambat yang jumlahnya banyak. Hal
                   itu  sering  membuat  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  mengikat  menjadi
                   sangat lama, belum lagi kemungkinan terjadi kesalahan sehingga bendera
                   berbelit sewaktu dibentang sebelum dinaikkan.

                       Pada tahun 1984, setelah dikibarkan di Istana Merdeka setiap tanggal
                   17 Agustus selama 15 kali, bendera duplikat yang terbuat dari kain wool
                   itu pun terlihat mulai renta. Mutahar yang menonton upacara pengibaran
                   bendera oleh Paskibraka melalui pesawat televisi, tiba-tiba dikejutkan
                   dengan celetukan ’cucunya’. ”Eyang, kok benderanya sudah tua, apa
                   nggak robek kalau ditiup angin,” kata sang cucu.”Masya Allah. Aku baru
                   sadar kalau ternyata bendera duplikat itu usianya sudah 15 tahun. Maka,
                   siang itu juga aku mengetik surat yang kutujukan pada Pak Harto. Isinya
                   mengingatkan beliau bahwa bendera duplikat yang dikibarkan di Istana
                   sudah harus ’pensiun’ dan apabila memungkinkan, dibuatkan duplikat
                   yang baru,” papar Mutahar.

                       Pak Harto membaca surat itu dan memenuhi permintaan Mutahar.
                   ”Allah Maha Besar karena suratku diperhatikan oleh Pak Harto,”
                   kenang Mutahar. Maka, pada tahun 1985 bendera duplikat kedua mulai
                   dikibarkan, sementara bendera duplikat pertama yang terbuat dari kain
                   wool kini disimpan dalam museum di Taman Mini Indonesia Indah
                   (TMII). Bendera duplikat kedua untuk seterusnya menjadi bendera yang
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47