Page 5 - Masa Praaksara pdf
P. 5

Bagaimana Cara Hidup di Masa Praaksara?







































               Melihat masa zaman es yang pastinya begitu sulit dilewati tanpa cara hidup yang menyesuaikan,
               pastilah manusia purba yang hidup di masa praaksara memiliki cara hidup tersendiri.


               Manusia purba memiliki dua karakter khas dalam pola huniannya. Pertama, mereka memilih tinggal
               dekat dengan sumber air karena air merupakan kebutuhan manusia yang amat sangat penting, mulai
               dari sebagai kebutuhan jasmani hingga mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, mereka
               lebih memilih hidup di alam terbuka. Situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo adalah
               bukti dari pola hunian ini.

               Hasil penelitian berupa fosil maupun artefak lainnya menunjukkan bahwa manusia purba masa
               praaksara pada awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu, alias masih bergantung pada alam.
               Karena itu, mereka juga hidup berpindah-pindah seiring dengan ketersediaan makanan. Masa ini
               disebut pula dengan masa food gathering.

               Setelah masa food gathering, mereka mulai mengenal masa food producing. Tidak hanya
               mengumpulkan makanan, manusia purba juga mulai melakukan kegiatan bercocok tanam untuk
               mengusahakan makanannya. Jika tanah sudah habis, mereka akan mencari lahan baru. Mereka mulai
               menebang bahkan membakar hutan. Jadi, kalau masih ada pelaku pembakaran hutan di tahun 2019
               ini, mungkin dia hidup pada zaman yang salah, Quipperian.

               Manusia purba masa praaksara juga memiliki sistem kepercayaan, lho. Ada tiga sistem kepercayaan
               yang diyakini merupakan bagian dari masa praaksara. Pertama, animisme yang mempercayai
               pengaruh roh nenek moyang bagi kehidupannya. Kedua, dinamisme yang mempercayai kekuatan
               suatu benda dalam mempengaruhi kehidupannya. Ketiga, totemisme yang mempercayai kekuatan
               hewan yang dianggap suci.


               Semua hal ini dapat ditemukan dari hasil penelitian arkeolog, baik berupa fosil maupun artefak.
   1   2   3   4   5   6   7   8