Page 13 - PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI STRATEGI DIPLOMASI
P. 13
Ibu kota RI dapat dikurung Belanda. Hubungan ke luar bagi Indonesia juga mengalami
kesulitan, karena pelabuhan-pelabuhan telah dikuasai Belanda. Secara ekonomis,
Belanda juga berhasil menciptakan kesulitan bagi RI. Daerah-daerah penghasil beras
jatuh ke tangan Belanda. Hubungan ke luar juga terhambat karena blokade Belanda.
Tetapi Belanda belum berhasil menghancurkan mental dan kekuatan Tentara Indonesia
yang didukung oleh kekuatan rakyat.
Pada tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan permintaan
resmi agar masalah Indonesia-Belanda dimasukan dalam agenda Dewan Keamanan PBB.
Pemintaan itu diterima baik dan dimasukkan dalam agenda sidang Dewan Keamanan
PBB. Tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan penghentian
permusuhan kedua belah pihak dan mulai berlaku sejak tanggal 4 Agustus 1947.
Sementara itu untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata, Dewan Keamanan
PBB membentuk Komisi Konsuler dengan anggota-anggotanya yang terdiri atas para
Konsul Jenderal yang berada di wilayah Indonesia. Komisi Konsuler diketuai oleh
Konsul Jenderal Amerika Serikat Dr. Walter Foote dengan beranggotakan Konsul
Jenderal Cina, Belgia, Perancis, Inggris dan Australia.
Komisi Konsuler itu diperkuat dengan personil militer Amerika Serikat dan Perancis
sebagai peninjau militer. Dalam laporannya kepada Dewan Keamanan PBB, Komisi
Konsuler menyatakan bahwa tanggal 30 Juli sampai 4 Agustus 1947 pasukan masih
mengadakan gerakan militer. Pemerintah Indonesia menolak garis demarkasi yang
dituntut oleh pihak Belanda berdasarkan kemajuan-kemajuan pasukannya setelah
pemerintah melakukan gencatan senjata. Namun penghentian tembak-menembak tidak
dimusyawarahkan dan belum ditemukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya
agar jumlah korban bisa dikurangi.
Pada tanggal 3 Agustus 1947 Belanda menerima resolusi DK (Dewan Keamanan)
PBB dan memerintahkan kepada Van Mook untuk menghentikan tembak-menembak.
Pelaksanaannya dimulai pada malam hari tanggal 4 Agustus1947. Tanggal 14 Agustus
1947, dibuka sidang DK PBB. Dari Indonesia hadir, antara lain Sutan Syahrir. Dalam
12