Page 12 - KLIPING BELMAWA (31 AGUSTUS 2019 - PAGI)
P. 12
Saat berita ini dilansir, Tribun-Timur.com masih menunggu konfirmasi dari pimpinan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kata Syukur Saud, sebenarnya sanksi penonaktifan mengajar hanya untuk meredam gelojak yang sementara terjadi di kalangan mahasiswa.
"Mahasiswa (rekan korban) mau demo (menuntut sanksi)," ujar Syukur Saud.
Demi mencegah terjadinya demo, dekan secara sigap menerbitkan surat penyampaikan sanksi kepada Abdul Aziz.
Surat tersebut terbit pada Kamis, 29 Agustus 2019, selang 2 hari dari kejadian.
Dalam surat bernomor 7537/UN36.5.1/TU/2019 tertera tulisan, "Kebijakan ini diambil agar suasana kampus tetap dalam kondisi yang kondusif."
Surat penyampaian sanksi.
Surat penyampaian sanksi. (HANDOVER)
Selain meredam gejolak, kata Syukur Saud, dinonaktifkannya Abdul Aziz dari kegiatan mengajar juga untuk mengantisipasi jika yang bersangkutan ditolak mengajar di ruang kelas.
"Daripada tetap mengajar, tapi ndak ada mau diajar," kata Syukur Saud. "Dosa-dosa"
Dekan, Syukur Saud menceritakan, Abdul Aziz selama ini dikenal sebagai dosen yang punya catatan buruk di kampus FBS UNM.
Peristiwa penamparan mahasiswa bukan "dosa" pertama Abdul Aziz selama lebih 10 tahun mengabdi di kampus eks IKIP Ujungpandang itu.
Sebelumnya, dia pernah ketahuan melakukan plagiat karya ilmiah hingga didemo mahasiswa. Lalu, kata Syukur Saud, dia dikenal sebagai dosen tempramental.
"(Sanksi ini) akumulasi dosa-dosanya," kata Syukur Saud menegaskan.
Mutasi
Peristiwa penamparan ini terjadi saat Abdul Aziz merencanakan pindah mengajar dari FBS UNM ke fakultas lain di lingkup UNM.
Hal itu dikatakan Syukur Saud.
Abdul Aziz ingin pindah gegara dirinya kurang berterima di sebagian kalangan di kampus. Terlebih, pria bergelar doktor tersebut kini, dia terlibat kekerasan fisik.
Dosen Pukul Mahasiswa