Page 279 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan (z-lib.org)_Neat
P. 279

paknya bukan usaha yang mudah. Kamerad Kliwon menghentikan se-
              buah dokar yang melintas di jalan yang tak jauh di belakang gubuk itu,
              terhalang oleh tanah kosong penuh ilalang dan sumur tempat mandi.
              Gadis-gadis itu kemudian berdesakan di atas dokar membawa gadis yang
              tak sadarkan diri itu untuk membawanya pulang sebagaimana disuruh
              Kamerad Kliwon karena bagaimanapun istirahat adalah satu-satunya
              cara terbaik untuk mengembalikan kesadaran orang yang semaput
              disebabkan ketakutan.
                 Bahkan meskipun gadis-gadis itu telah menghilang di tikungan jalan
              bersama berlalunya suara langkah kaki kuda penarik, Kamerad Kliwon
              masih merasakan kehangatan tubuh gadis itu mendekap dirinya. Ia
              masih merasakan sentuhan buah dada yang lembut itu, dengan harum
              rambutnya, dengan kecantikannya yang mistis, dan meskipun ia berkali-
              kali mengusir perasaan tersebut dengan mengatakan bahwa ia harus
              bekerja keras demi hari esok dan bekerja keras untuk Partai, kehangatan
              tubuh si gadis tak juga bisa hilang. Termasuk ketika ia mencoba menga-
              baikannya dengan cara mencari kesibukan menguburkan si anjing rabies
              yang mati di tengah be lukar dan setelah itu ia membangunkan teman-
              temannya karena nasi sudah matang dan mereka makan pagi sebelum
              melanjutkan kembali tidur siang mereka.
                 Waktu tidur adalah masa yang lebih membuatnya menderita. Peris-
              tiwa pagi itu telah menghantuinya. Tiba-tiba ia menyadari bah wa semua
              itu karena ia mengenal gadis anak sekolah itu secara samar-samar. Ia
              per nah melihat wajah itu, mungkin telah mengenal namanya pula.
              Ia masih merasakan kehangatan tubuhnya sambil berpikir di mana
              sekiranya ia mengenalnya. Gadis itu kurang lebih berumur lima belas
              tahun, jelas bukan salah satu dari gadis-gadis yang pernah diajaknya
              kencan. Ia bukan salah satu dari gadis-gadis tersebut, ia salah satu gadis
              yang ditemuinya di tempat lain.
                 Hari itu ia tak bisa tidur, sebab tak lama kemudian ia segera menya-
              dari siapa gadis itu. Menyadari siapa dirinya, ternyata sama sekali tak
              membebaskannya dari apa pun, sebaliknya ia menjadi jauh lebih men-
              derita. Ia memang pernah melihat wajahnya, dan mengenal namanya,
              bahkan sejak si gadis berumur enam tahun. Selama setahun sebelum ia
              pergi ke Jakarta, ia bahkan nyaris melihatnya setiap hari. Ia mencoba

                                           272





        Cantik.indd   272                                                  1/19/12   2:33 PM
   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284