Page 289 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan (z-lib.org)_Neat
P. 289

lagi padanya, ”Bawa pergi kapal-kapal itu segera, Shodancho, sebelum
              kami ke hi langan kesabaran.”
                 Sang Shodancho mengacuhkan tuntutannya dan tetap me me rin-
              tah kan kapal-kapal itu tetap beroperasi sebagaimana biasa, kecuali kali
              ini dikawal para prajurit dari rayon militer dengan senjata lengkap.
              Prajurit-prajurit itu berdiri di pagar-pagar pembatas geladak mengawasi
              para nelayan yang memandang marah kepada mereka. Sang Shodancho
              tersenyum penuh kelicikan memandang orang-orang itu sementara
              senja mulai turun dan Kliwon naik ke arah perahu dengan mesin tempel
              bersama tiga orang lain diikuti perahu-perahu lain. Mereka mencoba
              mencari kemungkinan memperoleh tempat di laut luas di mana ikan
              masih berkeliaran, paling tidak un tuk mengisi dapur mereka sendiri.
                 Tak berbeda dari Sang Shodancho, Alamanda sangat terguncang
              oleh kehilangan anak yang seharusnya kini sudah lahir itu, karena
              bagaimanapun itu anaknya, tak peduli dengan siapa dan bagaimana ia
              bercinta. Ketika satu minggu masa berkabung habis dan Sang Shodan-
              cho telah kembali mengerjakan tugas-tugasnya dan menye le sai kan uru-
              san dengan kapal-kapalnya, Alamanda masih mengurung diri di dalam
              kamar dalam kesedihan yang khidmat. Kadang-kadang ia menggumam
              membuat Sang Shodancho khawatir bahwa istrinya telah menjadi gila
              karena gumamannya selalu saja menyebut dan memanggil nama Nurul
              Aini, anak mereka yang tak pernah dilahirkan itu.
                 Tapi ketika Sang Shodancho mencoba membujuknya untuk tenang
              dan berkata bahwa semua itu takdir Tuhan dan bahwa mereka masih
              memiliki kesempatan kedua dan ketiga dan keempat dan kesempatan
              yang mungkin tanpa batas untuk memiliki anak, Alamanda dengan
              serta-merta menggeleng. ”Ayolah, Sayang,” kata Sang Shodancho, ”Kita
              bisa bercinta dengan baik-baik dan kita memiliki anak-anak seba nyak
              yang kita inginkan.” Dengan tegas Alamanda menggeleng dan berkata
              bahwa tak pernah terpikir olehnya menyerahkan diri begitu saja kepada
              Sang Shodancho. Ia mengingatkan perjanjian itu saat mereka me-
              mutuskan untuk saling mengawini bahwa ia hanya akan kawin tanpa
              memberi cinta. Sang Shodancho mencoba mem bujuknya lagi, berkata
              tentang kemungkinan memiliki Nurul Aini yang lain, seorang gadis
              kecil yang sungguh-sungguh nyata dan dilahirkan, namun Alamanda

                                           282





        Cantik.indd   282                                                  1/19/12   2:33 PM
   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294