Page 453 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan (z-lib.org)_Neat
P. 453

dipermainkan ombak di pesisir, teronggok di semak-semak, dan berge-
              limpangan di selokan. Beberapa mulai dipermainkan anjing, dan be-
              berapa yang lain mulai didatangi lalat. Tak seorang pun penduduk me-
              nyentuhnya sebelum sore datang, mereka terlampau bahagia bahwa ada
              pertolongan datang, entah siapa, yang akan meng habisi para perusuh
              itu tanpa sisa. Tentu saja mereka masih ingat kasus pembantaian orang-
              orang komunis, dan bagaimana mereka diteror hantu-hantunya selama
              bertahun-tahun. Tapi apa peduli, begundal-begundal itu lebih baik mati
              dan menjadi hantu daripada hidup dan menyusahkan banyak orang.
              Maka mereka mendiamkan mayat-mayat dalam karung itu, berharap
              belatung dan burung elang pemakan bangkai menghabisinya sampai
              sumsum tulang. Namun ketika serangan bau busuk mulai menyergap,
              dan mereka dibuat tak tahan, orang-orang itu akhirnya menguburkan
              mayat-mayat dalam karung yang terdekat dengan permukiman mereka.
                 Tidak seperti mengubur mayat, tapi seperti mengubur tai selepas
              berak di kebun pisang.
                 Pembantaian berlangsung di malam kedua, dan malam ketiga, serta
              malam keempat, kelima, dan keenam serta ketujuh. Operasi itu berlang-
              sung sangat cepat, nyaris menghabiskan seluruh persediaan begundal di
              Halimunda. Sang Shodancho sama sekali tak terpuaskan, sebab Maman
              Gendeng tak ada di antara mayat-mayat itu.
                 Selama seminggu tersebut Maman Gendeng tak pernah pulang ke
              rumah. Maya Dewi sangat mengkhawatirkannya, terutama setelah ia
              mendengar bahwa begundal-begundal kota mulai terbunuh satu per satu
              selama tujuh malam tersebut. Tak seorang pun tahu siapa yang mem-
              bu nuh mereka, orang-orang hanya tahu bahwa semua begundal mati
              ditembak, di kepala atau dada. Tapi semua orang bisa menebak siapa
              yang melakukannya, sebab tak semua orang memegang senjata. Maka
              Maya Dewi pergi menemui Sang Shodancho.
                 ”Apakah kau telah membunuh suamiku?” tanyanya.
                 ”Belum,” jawab Sang Shodancho sedih, ”tanyakan pada prajurit-
              pra  jurit itu.”
                 Ia menanyai mereka satu per satu, nyaris semua, dan mereka men-
              ja wab sebagaimana jawaban Sang Shodancho.
                 ”Belum.”

                                           446





        Cantik.indd   446                                                  1/19/12   2:33 PM
   448   449   450   451   452   453   454   455   456   457   458