Page 84 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 84

REFORMASI DAN MELUASNYA RUANG MUSLIM  —  63

               PEMBAHARUAN PERCETAKAN

                    Kemudian dibacanya: Muhammadun basyarun la kal-basyari bal huwa kal-yaqut
                    bayn al-hajari.  (Kayf yyat khatm qur’an, diterbitkan di Bombay 1298)
                               68
                    Muhammad adalah manusia yang bukan seperti manusia umumnya, melainkan
                    seperti batu yakut di antara bebatuan.

               Ada satu jenis batu yang akan terbukti sangat berguna bagi para propagandis
               muslim abad kesembilan belas ketika mereka mencari berbagai versi ortodoksi
               Mekah yang semakin seragam. Batu itu adalah batu kapur yang digunakan
               untuk mengecap halaman-halaman yang tak terhitung jumlahnya dengan teks
               menggunakan teknik baru litograf . Namun, pada akhir abad itu, tampaknya
               tak  ada  konsensus  ilmiah  mengenai  dampaknya.  Pada  sebuah  tur  yang
               diadakan  pada  pertengahan  1880-an,  cendekiawan  Belanda  van  den  Berg
               menganggap bahan-bahan cetakan di Jawa sebagai sekadar hadiah. Beberapa
               tahun kemudian, rivalnya, Snouck Hurgronje, membuktikan persebaran dan
               kegunaan bahan-bahan cetakan tersebut sebagaimana dia mencatat terjadinya
               lonjakan penggunaan bahan cetakan dalam lingkaran pengajaran Mekah pada
               1885. 69
                    Dalam arti tertentu, sikap tidak peduli van den Berg mengantisipasi sebuah
               prasangka umum kecendekiawanan terhadap nilai historis percetakan muslim
               dan  kurangnya  minat  untuk  memeriksa  teks-teks  cetakan  jika  dibanding
               dengan bahan-bahan manuskrip, sebuah sikap yang akan kita diskusikan lebih
               jauh di bawah.  Memang kaum Muslim tidak menggunakan cetakan seperti
                            70
               di Eropa Barat. Alasan untuk hal itu terutama adalah dianggap tidak bersifat
               religius atau irasional. Juga terdapat bukti bahwa tawaran tipograf s orang-
               orang Eropa dianggap hampir tidak bisa diterima dari sudut pandang estetis.
               Cukup menarik kiranya mengetahui apa yang dipikirkan oleh orang-orang
               Asia  Tenggara  mengenai  dokumen  berbahasa  Arab  pertama  yang  dicetak
               di Leiden pada 1596, yang merupakan permohonan keamanan perjalanan
               dan  perdagangan  yang  disusun  oleh  Frans  van  Ravelingen  (Raphelengius,
               1539–97) untuk kapal-kapal yang berlayar menuju “pulau-pulau yang jauh
               dari perbatasan kami”.  Kemungkinan besar permohonan itu tidak memiliki
                                  71
               banyak dampak. Sebagaimana akan kita lihat, lebih dari dua abad kemudian,
               para misionaris di Singapura mengeluh bahwa persembahan mereka dianggap
               asing dan tidak menyenangkan.
                    Sebagaimana  di  India,  terobosan  besar  untuk  Asia Tenggara  muncul
               dengan  adopsi  litograf ,  yang  memungkinkan  replikasi  gaya-gaya  kaligraf 
               yang  disukai  untuk  teks  Al-Quran.   Mengikuti  pola  India,  teknologi
                                                72
               ini diwariskan oleh para perintis misi kepada para individu dengan alasan
               pencarian keuntungan sekaligus penyebaran agama mereka.  Di Singapura,
                                                                  73
               salah seorang pewaris semacam ini adalah penerjemah Munsyi Abdullah, yang
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89