Page 152 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 152
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
baik jangkauan ideologi maupun legislatif dengan pertahanan tanah air
sekali waktu akan muncul dalam berbagai pidatonya kemudian.
Sementara pada 24 Maret 1930, Thamrin menyampaikan
pertanyaan tertulis kepada pemerintah dengan keluhan tentang kecilnya
ukuran sel tempat Soekarno ditahan di penjara yakni 1,5 m x 2,5 m.
Disebutkan olehnya bahwa tahanan politik seperti Sukarno tidak bisa
50
diperlakukan seperti tahanan kriminal .
Pada akhir diadakan persidangan terhadap Sukarno, Maskun,
Soepriadinata dan Gatot Mangkoepradja di Bandung. Thamrin dengan
teratur menghadiri persidangan tersebut. Ia duduk di deretan depan
bersama Gobee dan Stokvis untuk memberikan dukungan moril kepada
mereka. Dalam keterangannya di depan Volksraad pada 16 Juni 1930
Gubernur Jenderal mengindikasikan bahwa Sukarno diperkirakan telah
melanggar terhadap pasal 169 dan 153 bis. Oleh karena itu, perkaranya
akan dilimpahkan ke pengadilan. Thamrin dan Dwidjosewojo dari
Fraksi Nasional memberikan reaksinya. Dwidjo menyebutkan tentang
sel kecil tempat Sukarno diurung bagai kstaria sejati ia akan menjalani
perlakuan buruk itu. Thamrin mengatakan bahwa penangkapan 29
Desember didasarkan pada tuduhan yang kini ditinggalkan dan diganti
dengan pasal-pasal seperti 153 bis dan 169. Ia berpendapat bahwa
dengan demikian langkah itu jelas keliru, dan segalanya menjadi salah.
Apalagi menganggap PNI sebagai partai terlarang. Selain itu Thamrin
juga mengkritik terhadap penangkapan dan pembuangan Iwa Kusuma
Sumantri ke Banda yang tidak didasarkan bukti yang kuat, dan bukti-
bukti yang diajukan adalah sekedar buatan pemerintah. Thamrin
menyesalkan karena Iwa Kusama Sumantri tidak diberi kesempatan
untuk membela diri. Sambil menunggu keputusan hakim terhadap kasus
PNI, maka Fraksi Nasional menyampaikan masalah-masalah sosial
ekonomi. Thamrin, Soeroso, Mochtar dan de Dreu merupakan orang-
orang pertama yang memperingatkan di Volksraad tentang kondisi dan
51
pembatasan bagi kaum pribumi oleh pemerintah .
Sementara itu di pengadilan Bandung setelah beberapa bulan
pemeriksaan dan persidangan, diberikan kesempatan kepada Soekarno
untuk melakukan pembelaan. Sebanyak 60.000 kata-kata orasi
pembelaannya disampaikan dengan dengan data-data resmi maupun
tidak resmi yang menunjukkan bahwa Soekarno merupakan korban
sasaran yang dikelilingi oleh apa yang disebutnya open door imperialism.
Atas nama nasionalisme populis yang berakar pada kesadaran nasional
yang sedang tumbuh yang tak dapat dibasmi, pimpinan PNI bangkit
144 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya