Page 167 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 167
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
Insulinde dan Matahari Terbit, demikian pula halnya dengan karya seni
pada umumnya—sastra dan film, misalnya—tidak selalu membawa
pesan-pesan kemajuan atau ajakan untuk memperoleh kesadaran akan
jati diri sebagai bangsa. Mengingat bahwa sesuatu ide dapat datang dari
apa dan mana saja, maka karya sastra atau film, sebagai contoh, yang
telah muncul di masa kolonial, juga tidak selalu menawarkan atau
mengajak pembaca atau penonton untuk memasuki suatu ruang
kesadaran yang berkenaan dengan kenasionalan dan kebangsaan.
4.2. Kemodernan dalam Sastra dan Film
Sejalan dengan telah mulai didirikannya sejumlah sekolah di
Hindia Belanda bagi penduduk tempatan atau pribumi, meski secara
persentase tentu masih rendah jumlahnya, perlahan-lahan cara berpikir
penduduk pribumi yang telah berkesempatan duduk di bangku sekolah
tersebut pada umumnya tentu juga mulai berubah dan terbuka
berkenaan dengan hal atau persoalan baru. Dengan kata lain, bukan
hanya kemampuan membaca dan menulis yang kemudian dikuasai,
melainkan juga keterbukaan wawasan, daya kritis, kemampuan
membandingkan dalam segala aspek kehidupan, dan lain sebagainya,
yang mulai memperoleh tempat dan mengendap dalam benak para
pelajar itu. Mengingat bahwa aspek atau dimensi dalam kehidupan itu
sangat beragam dan mempunyai dimensi atau spektrum yang begitu
bervariasi, asupan pengetahuan atau bahkan mungkin dapat dikatakan
sebagai semacam ideologi, secara tidak langsung maupun langsung tentu
juga mampu mempengaruhi alam pikiran orang-orang pribumi yang
telah mengenyam bangku pendidikan tersebut, dengan catatan tentu
dalam bentuk atau wujud yang sangat sederhana. Hal ini sejalan dengan
masih sederhananya pula kehidupan maupun pengetahuan yang
diterima pada saat itu, selain karena juga faktor perkembangan zaman
yang masih belum terlalu kompleks atau rumit permasalahannya.
Kendati demikian, sesederhananya apa yang kemudian menjadi
wawasan atau juga dasar-dasar pemikiran para pelajar tersebut, jelas
bahwa intelektualitas maupun modernitas telah mereka cerap dan serap
yang sangat mungkin juga telah mempengaruhi pandangan maupun
pendapat mereka. Kenyataan seperti ini sudah barang tentu sangat wajar
dan alami sekaitan dengan kemampuan manusia yang memang secara
dasariah sudah dibekali kemampuan mencerna, menganalisis, dan
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 159