Page 285 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 285

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                negara  kepulauan  dengan  ditambah  pula  dengan  3.000.000  km2  hak
                mengeksploitasi kekayaan alam berdasarkan zone ekonomi eksklusif.
                Wawasan Nusantara ditetapkan pada tahun 1973 sebagai Tap IV MPR-
                RI,  namun    beberapa  negara  tidak  mengakui  RI  sebagai  negara
                kepulauan  berdasarkan  konsepsi  itu,  mereka  adalah  Amerika  Serikat,
                Inggris, Belanda, dan Selandia Baru.
                Wawasan Nusantara diperjuangkan dalam forum internasional sejak juli
                1974  dalam  konferensi  Hukum  laut  Internasional,  memperjuangkan
                konsepsi  Hukum  Negara  Kepulauan.  Diperjuangkan  dalam  forum
                internasional,  setelah  konsepsi  itu  disahkan  menjadi  bagian  dari
                Konvensi  Internasional,  berarti  lebih  menetapkan  negara  RI  sebagai
                negara Nusantara ditinjau dari sudut Hukum Internasional.  Sementera
                kita  harus  memberi  jalan  keluar  yang  akomodatif  bagi  kepentingan
                negara  dan  bangsa  lain,  yakni  untuk  menghubungkan  antara  lautan
                Pasifik dan Lautan Hindia, antara benua Asia dan Afrika, baik melewati
                darat  maupun  udara.  Memang  banyak  yang  mempunyai  kepentingan
                dengan wilayah kita ini, kalau kita ingin memperoleh pengakuan sebagai
                negara  kepulauan,  Negara  Nusantara,  dimana  kita  mempunyai
                kedaulatan di darat, di laut, maupun di udara, kita harus  memberikan
                jalan  kepada  mereka.  Presiden  Soeharto  menekankan  hal  itu  dengan
                mengatakan:

                “di  banyak  kunjungan  kenegaraan  saya  langsung  mengemukakan
                masalah kekuasaan negara kepulauan itu. Hal ini diakui oleh Prof. Dr.
                Mochtar Kusuma Atmaja, ahli kita di bidang hukum laut dan diplomasi,
                banyak  membantu  usaha  memperoleh  pengakuan  dunia  internasional.
                Secara  pribadi  saya  juga  turut  memikirkan  jalan  keluar  dari  masalah-
                masalah  sulit,  antara  lain  masalah  lintas  kapal  perang.  Sistem  sumbu
                adalah salah satu hasil pemikiran saya yang timbul pada saat masalah ini
                saya bicarakan dengan Mochtar Kusumaatmaja di tahun 1976”.
                        Presiden  Soeharto  melanjutkan  pernyataannya:  “Sementara
                pihak  asing  merasa  lautan  kita  itu  lautan  bebas.  Maka  mereka
                melakukan  dengan  caranya  sendiri  melewati  lautan  kita  yang
                mengakibatkan  kedaulatan  kita  diinjak-injak.  Maka  saya  berikan
                petunjuk,  tentukan  porosnya,  jangan  sampai  perairan  kita  ini  bisa
                dijelajahi  dengan  semau-maunya”  kita  izinkan  mereka  menggunakan
                poros  yang  kita  tentukan  itu.  Tetapi  tentu  saja  dengan  syarat,  yakni
                harus  memberi  tahu  lebih  dahulu,  ”saya  mau  lewat”,  begitu  isyarat
                mereka,  dan  kita  izinkan  mereka  lewat.  Dengan  demikian,  kita  bisa




                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   277
   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290