Page 279 - KAYA atau MATI...Mbran 1927-2011
P. 279

ke langit2 kamar. Ia coba menutup kedua
kelopak matanya sambil mulutnya kumat kamit
mengucap “Bismikallahumma ahya wa amut”.
Namun beratnya kelopak mata kantuk itu tak
mampu menghantarkan Mbran ke kelelapan
tidurnya, pikirannya diombang ambing oleh
Megahnya Rumah Banjar yang selalu menggugah
hasratnya setiap malam mereka lewat di
Jembatan Kuin Selatan itu.
Ambisi
Raya!”,
malam
“Suatu sa’at nanti aku akan memilikinya”
pikiran Mbran.
“Ya....Rumah Besar di pinggir Jalan
“Tak perlu lagi basah kuyup di tengah
berenang untuk sampai kerumah”,
“Tak khawatir lagi hanyut jukung oleh
derasnya Arus Pasang Dalam”,
“Tak nyeri lagi persendian lutut yang
kedinginan oleh air dingin malam”,
“Rabbana taqabbal minna innaka anta
samiul aliem”.












































































   277   278   279   280   281