Page 44 - E-MODUL SALINGTEMAS TERINTEGRASI MODEL POE
P. 44

Penyajian Isu





                  Benarkah Aktivitas Tambang Emas Ilegal Penyebab
                  Banjir di Solok Selatan?


                  75 eskavator beroperasi di 22 titik tambang emas ilegal yang terdapat di 4 kecamatan
                  di Kabupaten Solok Selatan. Aktivitas tambang emas ilegal tersebut menyebabkan
                  kerusakan lingkungan yang masif di Kabupaten Solok Selatan. Akibatnya, bencana

                  banjir dan longsor pun terjadi di pada November 2019 lalu.

                  Berdasarkan hasil investigasi Wahana Lingkingan Hidup (WALHI) Sumatera Barat

                  di Kabupaten Solok Selatan, banjir dan longsor dipicu oleh deforestasi dan aktivitas
                  tambang  emas  ilegal  di  daerah  hulu  aliran  sungai  (DAS).  Deforestasi  tersebut
                  menyebabkan berkurangnya fungsi tanah sebagai resapan air.

                  Kepala  Departemen  Advokasi  dan  Kampanye  WALHI  Sumbar,  Yoni  Candra,

                  menjelaskan bahwa di Kabupaten Solok Selatan, WALHI Sumbar mencatat aktivitas
                  penambangan sudah dimulai dari 2010, dan berhenti pada 2014. Namun, aktivitas
                  tambang ilegal tersebut dilanjutkan kembali dari 2016 hingga sekarang.


                  Dia  mengatakan  bahwa  belum  ada  bentuk  penindakan  yang  serius  dari  pihak

                  berwenang  bagi  pelaku  tambang  emas  ini.  Dia  meminta  negara  hadir  untuk
                  mengatasi masalah ini. Kalau dibiarkan, kata Yoni, tentu kejadian bencana banjir
                  dan longsor di Kabupaten Solok Selatan akan terus berulang sehingga mengancam
                  kehidupan masyarakat sekitar.

                  Namun, di lain pihak, wakil ketua DPRD Solok Selatan Ali Sabri Abbas membantah

                  penyebab  utama  banjir  Solok  Selatan  (Solsel)  adalah  tambang  emas  illegal.  Ali
                  menjelaskan  bahwa  Solsel  memiliki  topografi  daerah  yang  curam,  bahkan
                  dihadapkan dengan kondisi intensitas curah hujan yang tinggi. Salah satu penyebab

                  terjadinya bencana banjir bandang, galodo (banjir bandang disertai tanah longsor)
                  dan angin puting beliung di Solsel. Dulu, ketika Solsel masih asri dan belum satupun
                  pohon  yang  ditumbangkan,  tetap  saja  ada  banjir  melanda  daerah  Solsel,  seperti


                  banjir bandang dan galodo menghantam Solsel sekitar tahun 1966 dan 1977.
                  Berdasarkan hasil kajian pihak BNPB pusat sebelumnya, kondisi tanah di Solsel

                  selain  labil  juga  memiliki  pori-porinya  besar  dan  ketika  intensitas  hujan  tinggi

                  dengan mudah terisi air.

                  Sumber        : harianhaluan.com dan covesia.com




                                                                        E-Modul Salingtemas Terintegrasi Model POE   30

                                                                                                                     0
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49