Page 164 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 164
SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM
Nomor V tahun 1880 yang diperuntukkan bagi daerah Pulau Pinang, Singapura dan Malaka. Sedangkan untuk daerah Melayu bersatu (Perak, Selangor, Negeri Sembilan dan Pahang), diberlakukan Registration of Muhammadan Marriage and Divorces Enactment 1885. Sedangkan untuk daerah negara- negara Melayu tidak bersekutu (Kelantan, Perlis, Terengganu dan Johor), diberlakukan the Divorces Regulation tahun 1907.
Di Indonesia, sebelum kedatangan Belanda, Taqnīn hukum Islam sebenarnya telah mempunyai kedudukan tersendiri di Indonesia. Hal itu terbukti dari beberapa fakta. Misalnya, Sultan Malikul Zahir dari Samudera Pasai adalah salah seorang ahli agama dan hukum Islam terkenal pada pertengahan abad ke XIV Masehi. Melalui kerajaan ini, hukum Islam Mazhab Syāfiʻī disebarkan ke kerajaan-kerajaan Islam lainnya di kepulauan Nusantara. Bahkan para ahli hukum dari Kerajaan Malaka (1400-1500), sering datang ke Samudera Pasai untuk mencari kata putus tentang permasalahan-permasalahan hukum yang muncul di Malaka. Selanjutnya, berbagai ahli hukum Islam di Nusantara menulis buku-buku panduan tentang hukum Islam untuk masyarakat. Nuruddin al-Raniri menulis buku hukum Islam berjudul al-Sirāth al-Mustaqīm pada tahun 1628. Buku ini merupakan buku hukum Islam pertama yang disebarluaskan ke seluruh Nusantara. Syeikh Arsyad Banjar memperluas uraian buku ini dengan judul baru, Sabīl al-Muhtadīn, untuk dijadikan sebagai pegangan menyelesaikan sengketa di Kesultanan Banjar. Syekh Abdul al-Rauf Singkel menulis buku Mirʼat al-Thullab berdasarkan Mazhab Syāfiʻī sesuai permintaan Ratu Aceh Shafiyat al-Din (1641-1675). Di Kesultanan Palembang dan Banten juga, pernah diterbitkan beberapa buku hukum sebagai pegangan masyarakat dan para qādhī dalam memutuskan perkara di pengadilan. Hal yang sama juga berlaku untuk penduduk di kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Ngampel dan Mataram.
Selain itu, buku-buku Fiqh Mazhab Syāfiʻī juga banyak dipakai di Indonesia sebagai rujukan dan pedoman masyarakat.
148