Page 279 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 279

Bab XXVI — Perilaku Terhadap Teman dan Orang yang Tak Dikenal


                 Ketika  (pendatang  baru)  telah  pulih  dari  rasa  lelah,  setelah
            mencuci tangan dan kakinya, dia mendatangi tempat di mana biksu
            senior berada, dan menghormatinya dengan bernamaskara satu kali;
            dan  sambil  berlutut,  dia  menyentuh  kaki  biksu  senior.  Biksu  yang
            senior mengulurkan tangan kanannya, menepuk bahu dan punggung
            biksu  yang  junior.  Tapi  jika  mereka  belum  berpisah  terlalu  lama,
            biksu senior tidak menepuk biksu junior dengan tangannya. Lalu guru
            menanyakan kesehatan murid, dan murid menjawabnya. Kemudian
            murid  duduk  di  satu  sisi  dengan  hormat.  Mereka  tidak  berdiri
            sebagaimana di Tiongkok. Aturan secara umum di India adalah duduk
            di balok kayu yang kecil dan semuanya bertelanjang kaki. Tidak ada
            kebiasaan  demikian  di  Xia  Timur  (Tiongkok),  dan  oleh  karena  itu,
            tidak ada kebiasaan menyentuh kaki biksu senior.


                 Sering  dikatakan  dalam  sutra-sutra  bahwa  manusia  dan  para
            dewa  mendatangi  Buddha,  menyentuhkan  kepala  mereka  di  kedua
            kaki Buddha, lalu duduk di satu sisi, dan inilah tata cara yang saya
            deskripsikan sekarang. Kemudian tergantung cuaca pada waktu itu,
            tuan rumah harus menawarkan air panas atau minuman lainnya.


                 Minyak samin, madu, gula, atau makanan dan minuman lainnya
            dapat ditawarkan sesuai keinginan. Jika yang ditawarkan adalah salah
            satu  dari  delapan  jenis  sirup   yang  diperkenankan  oleh  Buddha,
                                         188
            itu  harus  disaring  ampasnya  sebelum  disajikan.  Sirup  yang  kental
            disertai ampas tidak diperkenankan oleh Buddha.


                 Air rebusan aprikot biasanya kental dan ini bukanlah minuman
            yang diperkenankan. Dalam Vinaya dikatakan: ‘Sirup harus disaring
            hingga warnanya seperti daun kuning alang-alang.’
            188  Mengenai  delapan  jenis  sirup,  lihat  Mahavagga  VI  dan  juga  Vinaya-
            sangraha, Buku VIII (Katalog Nanjio No. 1127), dan Ekasatakarman, Buku V
            (Katalog Nanjio No. 1131).
            Delapan  pana  menurut  Yi  Jing  adalah:  moca,  coca,  kolaka,  asvattha,  utpala
            (atau  udumbara),  parusaka,  mridhvika,  dan  kharjura.  Dalam  Mahavagga  VI
            tertera: amba, jambu, coca, moca, madhu, muddika, saluka, dan pharusaka. Lihat
            Lampiran Catatan Tambahan halaman 392-393.


                                            265
   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284