Page 302 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 302

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            di atas kepala dua kali setahun. Ketika matahari melintas ke selatan,
            bayangan  (orang)  jatuh  di  utara,  dan  panjang  bayangan  dua  atau
            tiga  kaki;  dan  ketika  matahari  di  utara,  bayangan  (orang)  jatuh  di
            selatan dengan panjang bayangan yang sama. Di Tiongkok, panjang
            bayangan di wilayah bagian utara berbeda dengan di bagian selatan.
            Pintu-pintu  bangunan  di  daerah-daerah  utara  selalu  menghadap
            matahari.  Saat  di  pantai  timur  Tiongkok  (Haidong)  sudah  tengah
            hari, di Guanxi (yaitu daerah di sebelah barat Shaanxi di Tiongkok)
            belum.  Karena  perbedaan  ini,  kita  tidak  bisa  bersikeras  bahwa  itu
            berlaku universal. Oleh karena itu, dikatakan dalam Vinaya: ‘Waktu
            (bersantap)  ditetapkan  menurut  tengah  hari  di  tempat  masing-
            masing.’ Karena setiap biksu ingin mengikuti aturan suci, dan karena
            bersantap adalah kebutuhan setiap hari, maka dia harus mengukur
            bayangan  dengan  seksama  agar  dapat  melakukannya  di  waktu
            yang  tepat.  Jika  hal  ini  saja  dia  gagal  menjalankannya,  bagaimana

            dua)’ menurut Yi Jing, masing-masing adalah persis saat matahari melintasi
            khatulistiwa  di  musim  gugur  (ekuinoks  musim  gugur)  dan  saat  matahari
            melintasi khatulistiwa di musim semi (ekuinoks musim semi), maka akan
            mudah untuk mengetahui letak Shili Foshi. Dalam kalender kuno Jepang,
            yang pada dasarnya sama dengan kalender Tiongkok, ‘pertengahan bulan
            delapan’ atau ‘pertengahan musim semi’ masing-masing tidak berarti ‘hari
            ke-15,  bulan  delapan’  atau  ‘hari  ke-15,  bulan  dua,’  namun  semata-mata
            hanyalah  hari  di  mana  siang  dan  malam  sama  panjangnya.  Namun  kita
            tidak tahu apakah demikian halnya di Tiongkok di masa Yi Jing; kita tak
            dapat memastikannya. Di samping itu, Yi Jing bisa saja menulis berdasarkan
            penanggalan di Sumatra dan India saat itu. Yang bisa kita pastikan adalah
            bahwa  menurut  penanggalan  Tiongkok,  matahari  melewati  khatulistiwa
            satu hari sebelum atau sesudah hari ke-15, bulan dua dan hari ke-15, bulan
            delapan. Menurut Yi Jing, bulan delapan disebut karttika, di mana biasanya
            matahari melintasi khatulistiwa pada musim gugur. Lihat Lampiran Catatan
            Tambahan halaman 389-390.

            Lalu mengenai letak Shili Foshi. Jika Palembang dianggap sebagai Shili Foshi
            di masa Yi Jing, maka ‘pertengahan bulan delapan’ adalah enam hari setelah
            matahari melewati khatulistiwa di Sumatra. Di sisi lain, jika ‘pertengahan
            bulan delapan’ persis adalah hari di mana matahari melewati khatulistiwa
            di  musim  gugur,  maka  Shili  Foshi mestinya  adalah suatu  tempat  di  garis
            khatulistiwa atau sekitar 2,5 (?) derajat utara Palembang. Prof. Lamp dari
            Kiel Observatory dengan baik hati membantu saya di sini.


                                            288
   297   298   299   300   301   302   303   304   305   306   307