Page 334 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 334

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            deskriptif).   Kedua  kenyataan  masing-masing  disebut  kenyataan
                       286
            terdalam dan kenyataan konvensional.
                                                 287
                 Para  penerjemah  terdahulu  jarang  memberitahukan  kita
            tentang  aturan  bahasa  Sanskerta.  Mereka  yang  akhir-akhir  ini
            memperkenalkan sutra kepada kita hanya menyebut tujuh ‘sup.’ Ini
            bukan karena mereka tidak tahu (mengenai tata bahasa), tetapi mereka
            berdiam  diri karena  menganggap tidak  ada gunanya (mengajarkan
            yang kedelapan, yaitu vocative, amantrita). Saya yakin bahwa studi yang
            seksama tentang tata bahasa Sanskerta dapat mengklarifikasi banyak
            kesulitan yang kita temui saat menerjemahkan. Dengan harapan ini,
            pada paragraf berikut, secara singkat saya akan menjelaskan beberapa
            hal mengenai pengantar tata bahasa.


                 (Catatan oleh Yi Jing): Bahkan di Pulo Condore (di selatan) dan

            daerah di Suli (di utara),  orang-orang memuji sutra-sutra berbahasa
                                   288
            Sanskerta; apalagi orang-orang di Negeri Surgawi (Tiongkok) maupun
            Rumah  Harta  Karun  Surgawi  (India)  seharusnya  mengajarkan
            aturan  yang  benar  tentang  bahasa  Sanskerta!  Orang-orang  India
            mengatakan demikian untuk memuji (Tiongkok): ‘Manjusri yang bijak
            saat ini ada di Bingzhou  di mana orang-orang sangat terinspirasi
                                    289

            286  Di  sini  beliau  menerapkan  gramatika  Sanskerta  pada  kata  gabungan
            Tionghoa.

            287  真  諦 (zhendi): kenyataan terdalam (secara harfiah: kenyataan yang
            sebenarnya)  dan  覆  諦  (fudi):  kenyataan  konvensional  (secara  harfiah:
            ‘kenyataan yang tertutupi’ atau ‘kenyataan yang tampak’ bagi kita).

            288  Lihat Bab IX halaman 159.
            289  Adalah  menggelitik  bahwa  Manjusri  Kumarabhuta,  yang  sering
            disebut  dalam  doa  di  awal  buku  Mahayana,  ternyata  ada  hubungannya
            dengan Tiongkok. Tradisi yang beliau wakili di Tiongkok tampaknya sudah
            berkembang di India. Yi Jing dua kali menyinggung Manjusri: pertama, dalam
            Bab XXVIII, beliau menyebut bahwa orang-orang mengatakan Manjusri ada
            di Tiongkok; dan sekali lagi, di sini, beliau mengatakan bahwa Manjusri saat
            ini ada di Bingzhou (suatu daerah di Zhili, sekarang disebut Zhending Fu, di
            Tiongkok). Seorang biksu India yang datang ke Tiongkok tahun 782 Masehi,


                                            320
   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338   339