Page 135 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 135
Toponim Kota Yogyakarta 117
Terjemahan bebasnya: Tangga yang tua itu, tidak kuat menahan orang sebegitu
banyaknya, akhirnya ambrol/ runtuh. Dengan suara gaduh sekali tangga tadi runtuhnya
menimpa banyak orang yang masih ada di bawah. Terlebih karena hal itu juga jubin yang
menyambung tangga tadi, ternyata kurang kuat.
Sekalipun telah terjadi seabad lampau, terban sebagai peristiwa alam memang
membenak dalam ingatan kolektif warga Yogyakarta. Masyarakat tradisional Jawa
juga mengenang peristiwa tersebut sebagai gejala alam yang mengganggu kehidupan
manusia dalam membangun keselarasan dengan jagad gedhe. Dari kenyataan ini,
diyakini Kampung Terban merupakan tempat terjadinya tanah ambrol di masa lampau
dan mengundang perhatian khalayak.
Mengenai usia Kampung Terban, dapatlah dilacak dari koran Bromartani edisi 23
Mei 1872. Diungkapkan, seorang warga Kampung Terban membuat semacam “surat
pembaca” yang ditujukan kepada pembaca bernama Kartadilesana yang bercokol di
Kabupaten Purwareja. Silang pendapat di media cetak merupakan hal lumrah. Warga
Terban menyoal penjelasan dari Kartadilesana di koran berbahasa Jawa itu dinilai
kurang memuaskan. Fakta historis ini berharga untuk memastikan umur Kampung
Terban yang relatif tua, dan pada abad XIX sudah dipakai untuk pemukiman warga.
Sumber: https://www.google.co.id/maps
Lokasi Kampung
Terban

