Page 45 - Ebook_Wilayah Perbatasan Natuna
P. 45

Terkait dengan toponimi Natuna, terdapat versi lain. Berdasarkan cerita rakyat yang
                 berkembang di masyarakat, versi  ini  berasal  dari perpaduan “Nature Naze” dan
                 ”Natuurno”.  Orang Melayu  setempat kemudian  menyebutnya  menjadi  “Natuna”.
                 Berikut kisahnya.

                      Setelah  peristiwa  Traktaat London  17 Maret 1824, berlayarlah  dua kapal
                      berbendera Inggris dan Belanda. Mereka membawa misi pengukuran wilayah
                      lintang utara 6 derajat dari ujung Selat Singapura, sebagaimana perjanjian telah
                      ditetapkan. Mereka pulang melewati jalur timur–tenggara, memasuki perairan
                      Bunguran Selat Tekul Lampa.  Karena  pemandangannya  bagus, alamnya
                      indah maka para pelaut Inggris mengatakan “Nature Naze”. Sedangkan pelaut
                      Belanda mengatakan “Natuurno”. Gugus kepulauan tersusun secara alamiah
                      dan indah menawan.

                 Sementara itu,  M. Iqbal dkk. (2013), menyebutkan Natuna sampai dengan tahun
                 1680 juga dikenal dengan sebutan ”Nalma”. Selanjutnya, sebutan itu berganti menjadi
                 ”Niawa”. Versi ini menyebutkan bahwa sebutan Natuna baru dikenal saat orang-orang
                 Belanda datang.

                 Sementara  itu ,  Wibisono  (2014) menyebutkan  bahwa  nama  Natuna  berasal  dari
                 sumber pelayaran Cina yang disebut Shung Feng Shang Sun atau “angin baik untuk
                 pelayaran” dari pertengahan abad ke-15. Mao Shan atau Ma-an Shan (Millls 1997: 207;
                 Mills 1979) adalah sebutan Natuna Besar atau Pulau Bunguran yang letaknya di pantai
                 barat Kalimantan. Kata itu berarti ’pelana kuda’. Kata ini juga dapat dihubungkan
                 dengan bentuk denah pantai Pulau Natuna dari pantai Klari utara sampai Pengadah
                 atau Teluk Buton yang menyerupai pelana kuda (Franchino 1990: 50).




                 B.  Natuna dalam Perjalanan Kemaharajaan Melayu


                 Masa Kerajaan Bintan-Tumasik (abad 12—13)

                 Politik
                 Munculnya  Kerajaan  Melayu  bersamaan  dengan  pudarnya  Kerajaan  Sriwijaya.
                 Seiring  dengan  pudarnya  Kerajaan  Sriwijaya,  para  bangsawan  Sriwijaya  berusaha
                 menghidupkan kembali  kebesaran Melayu. Kerajaan yang muncul sesudah
                 berakhirnya Kerajaan Sriwijaya pada abad 13 terdiri atas  beberapa kerajaan,  yaitu
                 sebagai berikut:
                  1.  Kerajaan Bintan/Tumasik dan Malaka;
                  2.  Kerajaan Kandia/Kuantan;
                  3.  Kerajaan Gasib;
                  4.  Kerajaan Kritang dan Indragiri;
                  5.  Kerajaan Rokan;
                  6.  Kerajaan Segati;
                  7.  Kerajaan Pekan Tua;
                  8.  Kerajaan Andiko Nan 44/Kampar.

                 Mutiara di Ujung Utara                                                           27
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50