Page 9 - Eyesight
P. 9
lebih tinggi, dan waktu terapi lebih singkat.
Namun bila terdeteksi pada usia di atas 4 tahun angka keberhasilan terapi lebih rendah, bahkan setelah usia 10 tahun lebih sulit terapinya. “Dia tetap bisa melihat tetapi tidak bisa melihat jauh secara maksimal,” ujar dr. Florence.
Mata malas memang masalah dunia, namun di negara maju pemeriksaan mata sejak dini sudah dilakukan.
Masalah mata yang ketiga pada anak-anak adalah mata juling (strabismus). Adalah suatu kondisi ketika fokus di antara kedua mata tidak seimbang. Kedua mata tidak tertuju pada satu obyek, satu mata lurus ke depan, sementara mata lainnya menyimpang dari posisi yang seharusnya.
Keadaan ini membuat otak bingung menerjemahkan keinginan mata ini mau melihat obyek yang mana, karena informasi yang sampai ke otak beda dari mata kanan dan mata kiri. Setelah oleh otak disimpulkan informasi dari salah satu mata yang dipakai maka otak akan memburamkan pandangan mata lainnya yang tidak dipakai. Sehingga lambat laun mata tersebut melemah, dan bisa menimbulkan lazy eye.
Juling harus lebih cepat ditangani, bahkan pada usia bayi 6 bulan harus segera ditangani, mengingat otak tersebut dalam masa perkembangan sampai usia 4 tahun. Terapinya ada beberapa macam, di antaranya memakai kaca mata, terapi tutup mata, dan terakhir baru dilakukan operasi. “Juling tidak bisa dianggap enteng, kalau dibiarkan maka kemampuan melihat 3 dimensi (depth perception) akan hilang,” jelas
dr. Florence. Kalau juling tersebut mengakibatkan ambliopia maka mata malasnya harus diterapi.
Masalah keempat yang perlu diwaspadai adalah retinopathy of prematurity (ROP), yaitu kelainan
retina pada bayi yang lahir prematur. Pada bayi prematur, pertumbuhan pembuluh darah retinanya belum sempurna.
Akibat terekspos oksigen tinggi, pertumbuhan pembuluh darah normal terhenti dan dapat terjadi kelainan jaringan berupa timbulnya pembuluh darah retina baru yang tidak normal (neovaskularisasi). Neovaskular ini dapat menimbulkan komplikasi berupa pendarahan ke dalam rongga mata (vitreus) atau tarikan pada retina hingga terlepas (retinal detachment). “Kondisi ini yang disebut sebagai ROP yang berpotensi menyebabkan kebutaan permanen pada bayi,” jelas dr. Florence.
Umumnya ROP menyerang bayi prematur: lahir dari usia kehamilan ibu kurang dari 32 minggu; berat badan lahir rendah kurang dari 1.500 gram; lahir lebih dari usia kehamilan 32 minggu dan berat lahir 1.500- 2.000 gram, dengan kondisi klinis yang dianggap berisiko tinggi (seperti kelainan jantung, paru-paru, dan darah); lahir dengan faktor risiko seperti terapi oksigen, hiposekmia dan penyakit penyerta lainnya; lahir dengan kondisi ibunya terkena infeksi Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex
virus (TORCH).
Untuk mencegah kebuataan akibat ROP perlu koordinasi antara dokter spesialis anak dengan dokter mata. “Deteksi dini yang akurat memerlukan keahlian dan alat khusus,” ujar dr. Florence.
Dokter Florence mengatakan 4 masalah tersebut yang perlu diwaspadai oleh para ibu, terkait dengan kesehatan mata bayinya. “Bukan berarti tidak ada masalah lainnya, tetapi 4 yang sudah disebut di atas yang saat ini mendominasi permasalahan mata pada anak-anak,” jelas dr. Florence.
eyesight | Juni 2018
9

