Page 97 - Drs. Adrianus Howay, MM - Meretas Batas Pendidikan di Tanah Papua
P. 97
ari yang ditunggu akhirnya tiba, kelulusan
sekolah. Wajah Adrian Sumringah, ia lulus
HSekolah Dasar. Di tengah kegembiraannya,
Adrian kecil merasa kebingungan. Lepas SD hendak ke mana.
Di kampungnya belum ada SMP, jika ingin melanjutkan sekolah
harus ke kota Kecamatan Ayamaru atau Teminabuan.
Pucuk dicinta ulam tiba. Saudara sepupu Adrian,
Hermanus Kambu yang saat itu sekolah di Sekolah Guru Agama
Kristen (SGAK) Kabupaten Fak-fak berlibur ke Sembaro.
Melihat saudara yang sudah sekolah, Adrian tergerak hati untuk
ikut Hermanus Kambu ke Fak-fak.
“Adrian ko mau ikut saya ke Fak-fak ? Ko bisa sekolah di
sana,“ ajak Hermanus. Kata ko dalam bahasa Indonesia artinya
kamu.
“ Saya mau. Apakah Mama izinkan?” Adrian menatap
Rachel dan Herman bergantian.
“Iya, Nak. Ko anak pintar. Harus sekolah tinggi, ya.
Biarlah hanya Rifka yang tidak bisa melanjutkan sekolah. Tapi
ko anak laki-laki jadi harus sekolah setinggi mungkin,” demikian
pesan mamanya sebelum ia berangkat ke Fak-fak.
85