Page 162 - Buku Paket Kelas 9 Agama Kristen
P. 162
154
E. Kaitan Hidup Bermakna dengan Iman Kristen
Dalam kehidupan kristiani, iman Kristen memiliki tempat yang sentral, sekaligus menjadi identitasmu terutama di tengah orang lain yang memiliki iman yang berbeda dengan kamu. Iman juga berperan sangat penting dalam memaknai hidupmu. Lalu apa artinya iman Kristen? Mengapa kamu perlu belajar mengembangkan iman Kristen?
Sejak komunitas Kristen mulai hadir dan bertumbuh, tujuan komunitas adalah untuk membantu menumbuhkan konteks agar iman dapat bertumbuh, dihayati, dan ditopang. Bukan berarti apabila kita belajar agama Kristen, maka kita akan memiliki iman. Dalam perspektif kristiani, kita menerima bahwa pada dasarnya iman berasal dan ditumbuhkan serta dianugerahkan oleh Tuhan sendiri. Tuhan Yesus mengungkapkan mengenai hal ini dalam Yohanes 15: 16, ”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Selanjutnya sesuai dengan hal itu, Rasul Paulus mengungkapkan keyakinannya tentang iman Kristen dalam Efesus 2: 8, ”Sebab kasih karunia, kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”. Jelas bahwa iman adalah karunia dan digerakkan oleh Tuhan, bukan karena usaha maupun kepandaian para pengajar.
Memang proses belajar-mengajar tidak otomatis dan tidak berarti dapat secara langsung menyebabkan tumbuhnya iman seperti analogi orang makan obat yang dapat langsung sembuh. Iman adalah pemberian Allah. Iman bertumbuh karena adanya respons atau tanggapan terhadap firman karunia Tuhan. Iman menjadi nyata dan efektif karena karya Roh Kudus dalam hati dan kehidupan manusia.
Meskipun iman itu berasal dari Allah, Tuhan berkenan menggunakan aktivitas belajar mengajar menjadi suatu wahana dinamika di mana iman dapat berkembang dan semakin nyata, dirasakan serta hidup. Thomas Groome (1990) mengungkapkan bahwa iman memiliki tiga ranah penting, yaitu sebagai suatu keyakinan, sebagai tindakan mempercayai, dan sebagai tindakan atau perbuatan.
1. Iman sebagai keyakinan. Di sini iman berada dalam ranah kognitif atau pemikiran. Meskipun demikian, iman tidak boleh direduksi atau dipersempit hanya pada ranah kognitif seperti penekanan yang terjadi selama ini dalam proses belajar mengajar.
2. Iman sebagai suatu tindakan mempercayai. Di sini iman berada dalam ranah afektif (menekankan perasaan) yang mempercayakan dan mempertaruhkan diri kepada Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Ungkapan ini dapat terwujud pada adanya sikap hormat, menyerahkan diri, berbakti, setia, mengasihi, dan memuliakan Allah.
Kelas IX SMP