Page 163 - Buku Paket Kelas 9 Agama Kristen
P. 163

3. Iman sebagai suatu perbuatan. Di sini iman berada dalam ranah psikomotorik atau tingkah laku. Iman dilihat sebagai suatu tanggapan terhadap kasih Allah. Yakobus mengungkapkan bahwa ”iman tanpa perbuatan adalah mati”. Perbuatan merupakan aktivitas ranah psikomotorik. Sesungguhnya kehendak Allah tidak hanya cukup dimengerti dan dirasakan, namun harus dilakukan (Mat. 7: 21). Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk mengintegrasikan apa yang kita percayai dengan tindakan nyata kita. Misalnya dalam memberlakukan nilai-nilai kasih, keadilan, persekutuan, kejujuran, dan menghargai orang lain.
Dari ungkapan di atas, maka jelas bahwa ketiga aspek tersebut merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipisah-pisahkan ataupun dipersempit dengan menekankan satu aspek tertentu saja. Apabila iman seperti ini diberlakukan di kehidupan sekolah, maka hidupmu menjadi lebih bermakna.
F. Hidup Bermakna dengan Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
Remaja sering merasa bosan dan jenuh dengan tugas-tugas dan pelajaran mereka. Ada yang merasa terlalu bodoh dalam mempelajari bahasa asing. Sedangkan yang lainnya merasa tidak mampu mengolah pelajaran-pelajaran eksakta yang dianggap terlalu ruwet dan membuat sakit kepala, yang lainnya lagi merasa pelajaran ilmu-ilmu sosial seperti sejarah dan geografi membosankan. Kata-kata ”Kamu memang bodoh!” sering membuat dirinya patah semangat. Benarkah saya bodoh?
Howard Gardner dari Universitas Harvard (1993), dalam Multiple Intelligences mengemukakan teori tentang kecerdasan yang meninggalkan pemahaman yang tradisional. Selama ini orang beranggapan bahwa kognisi manusia bersifat satu kesatuan dan setiap pribadi adalah makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat dinilai dan diukur secara tunggal. Karena itulah, umumnya program pendidikan hanya dibatasi dalam dua aspek saja, yaitu kecerdasan bahasa atau linguistik dan kecerdasan matematik. Akibatnya, bentuk-bentuk kecerdasan yang lain kurang dihargai. Siswa pun dianggap gagal apabila tidak menunjukkan ”kecerdasan akademik tradisional”. Mereka kurang mendapat penghargaan, sehingga mereka sulit mewujudkan potensi- potensi mereka dan akibatnya mereka tidak percaya diri. Akhirnya, mereka larut di sekolah maupun di lingkungannya.
Howard Gardner menemukan bahwa ternyata ada berbagai macam kecerdasan yang dapat diukur dengan kriteria tertentu. Menurut Gardner kapasitas manusia jauh lebih luas dan tidak hanya bertumpu kepada ”teori kecerdasan tunggal”. Teori Gardner ini menolong kita untuk menghasilkan sistem pendidikan yang lebih bermakna dan terbuka terhadap berbagai kemungkinan bagi pikiran, kemampuan, dan masa depan manusia.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
 155
  


























































































   161   162   163   164   165