Page 49 - Buku Paket Kelas 9 Agama Kristen
P. 49
disebut Kristen apabila ia tidak memperlihatkan hal itu di dalam kelakuannya sehari-hari, sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus telah ajarkan kepadanya.
Salah satu hal yang dilakukan oleh orang-orang Kristen perdana untuk menunjukkan bahwa mereka murid-murid Tuhan Yesus adalah menyatakan kasih mereka kepada siapapun juga. Kita sudah melihat bagaimana gereja perdana membuka dirinya terhadap orang-orang yang tersingkirkan dari masyarakat umumnya. Bagaimana dengan gereja-gereja di masa kini?
Di India ada sekelompok orang yang disebut ”Dalit”. Mereka adalah orang-orang yang tidak berkasta dan tidak boleh disentuh karena dianggap haram, najis, dan bisa menyebabkan noda pada diri yang melakukannya. Begitu najisnya kaum Dalit ini sehingga mayoritas masyarakat India tidak rela makanannya disediakan oleh seorang Dalit. Makanan itu dianggapnya akan tercemar. ”Kita bisa menyentuh kucing, anjing, atau binatang apapun, namun menyentuh orang-orang ini adalah polusi,” kata G.K. Gokhale (dalam M.R. Arulraja, Jesus the Dalit, 1996).
Orang-orang Dalit telah berabad-abad ditindas dan disingkirkan dalam sistem kasta India. Mahatma Gandhi, tokoh pendiri India, pernah menyebut Dalit dengan istilah ”Harijan” atau ”anak-anak Tuhan”. Namun kaum Dalit sendiri menolak istilah ini karena tidak menyelesaikan masalah dan penderitaan yang mereka alami. Jumlah mereka sangat besar yaitu sekira 240 juta jiwa di antara lebih dari 1 miliar penduduk India. Banyak dari kaum Dalit ini yang menjadi Kristen, dengan harapan bahwa mereka akan diterima sepenuhnya dan tidak akan didiskriminasikan lagi. Namun sayangnya, banyak orang Kristen India yang masih terkungkung dalam ikatan-ikatan kasta dan tidak bisa menerima kaum Dalit sepenuhnya. Akibatnya, orang-orang Dalit kembali mendapatkan perlakuan diskriminatif di gereja. Pastor Yesumariya, dari Gereja Katolik Roma di India mengatakan, ”Di Tamil Nadu, lebih dari 70% umat Katolik berasal dari latar belakang Dalit. Tetapi hanya 4 dari 18 uskup kami yang berasal dari komunitas Dalit Kristen” (Prof. M.M. Ninan, Praxis, Orthopraxis, and Orthodoxy). Dari sini jelas bahwa gereja perlu bekerja lebih keras untuk membuat orang-orang Kristen menerima kaum Dalit dan pada akhirnya menghilangkan sistem kasta dari seluruh masyarakat India.
Di Indonesia, gereja-gereja pun sadar akan tugasnya untuk memperjuangkan hak asasi manusia. Di Papua, Gereja Kristen Injili di Tanah Papua dan Gereja KINGMI (Kemah Injil Gereja Indonesia) telah lama menyuarakan perlawanan terhadap praktik-praktik ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat Papua. Pada 2012, Pdt. Alberth Yoku, ketua Sinode GKI di Tanah Papua, mengatakan, ”Selama ini kami berusaha untuk menyampaikan masalah-masalah Papua ke Dewan Gereja[-gereja se-Dunia]. Memang masalah HAM (Hak Asasi Manusia) berat untuk diperjuangkan. Akan tetapi, jangan lelah untuk tetap memperjuangkannya.” (”Gereja-gereja di Tanah Papua Berkomitmen
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
41