Page 66 - Buku Paket Kelas 8 Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti
P. 66
A
Mari Renungkan
Marilah kita bercermin
pada diri kita sendiri, sudahkah
kita melaksanakan śalat wajib
dengan benar dan sempurna?
Apakah kita juga sudah
mendirikan śalat far«u dan
tidak pernah meninggalkannya?
Marilah kita introspeksi diri
kita sendiri, bahwa śalat yang
kita kerjakan sudah betul atau
belum, sudah khusyuk atau
belum. Rasanya di dunia ini yang
śalatnya sudah benar-benar
khusyuk dan tuma’ninah, adalah śalatnya Nabi Muhammad saja. Mampukah kita meniru śalat beliau?
Bagaimana kalau ternyata di hadapan Allah Swt śalat kita itu belum dianggap sempurna? Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk menutupi kekurangan dalam śalat kita. Maksudnya, kita disuruh menyempurnakan kekurangan- kekurangan śalat dengan melaksanakan śalat sunnah sebagaimana yang Rasulullah ajarkan kepada kita. Dengan melaksanakan śalat sunnah tersebut kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt serta menyempurnakan ibadah kita.
Pelaksanaan śalat sunnah merupakan cerminan tingkat ketakwaan dan ketawakalan seorang hamba kepada Allah Swt. Dalam melaksanakan śalat sunnah kita semata-mata mengharapkan rida dari Allah Swt. Śalat ini menuntut kesungguhan dan tekad yang kuat karena kita harus merelakan waktu, tenaga, dan harta demi terlaksananya śalat tersebut.
Jadi, sudah jelas bahwa śalat sunnah itu dilaksanakan semata-mata mengharapkan kedekatan dan rida dari Allah Swt yang akan dijadikan bekal pada masa yang akan datang. Apalagi, kita menghayati bahwa dengan melaksanakan śalat bukan sekadar melaksanakan kewajiban. Allah tidak membutuhkan ibadah kita tetapi kitalah yang membutuhkannya. Kita berharap agar Allah menerima ibadah kita sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat.
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar 4.2 : Śalat berjamaah
56
Kelas VIII SMP/MTs