Page 124 - Buku Paket Kelas 8 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi pekerti
P. 124

          dimakannya. Ia merasa sayang, karena jumlah buburnya meski sudah dibuat seencer mungkin, tetap tidak sebanding dengan jumlah saudara seperguruannya. Daripada ada bubur yang mubazir terbuang percuma, ia rela mengalah mengambil jatah bubur yang tertumpah dan sedikit kotor.
Saat Yan Yuan sedang memakan buburnya, Kongzi yang sengaja masuk ke belakang untuk mengecek tugas muridnya, kebetulan melihat Yan Yuan saat sedang memakan bubur. Betapa kecewanya Sang Guru, murid yang paling pintar, paling dikasihi, yang dianggap paling tahu tata karma, tata susila, telah berani makan bubur tanpa izin dan bahkan berani mendahului guru dan saudara-saudaranya.
Yan Yuan terdiam ketika Sang Guru Besar memarahinya. Rasa hormatnya yang amat tinggi membuatnya tak berani membantah. Namun Kongzi dapat membaca wajah Yan Yuan. Pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan murid kesayangannya itu. Dalam hatinya ia pun ragu YanYuan berani melakukan tindakan tak terpuji. Dengan lembut ia berkata, “Yan Yuan, adakah sesuatu yang ingin kamu sampaikan? Bicaralah yang jujur, terus terang dan apa adanya.”
Setelah memberi hormat kepada Sang Guru, Yan Yuan menerangkan keadaan yang sebenarnya. Kongzi pun menyesalinya. Dengan jiwa besar, Sang Guru Agung itu meminta maaf kepada muridnya. Kongzi telah salah sangka menilai murid terbaiknya itu. Meski telah melihat dengan mata kepala sendiri. Menyaksikan sendiri secara langsung, namun yang dilihatnya hanyalah sepotong peristiwa. Hanya sebagian kecil dari sebuah rangkaian peristiwa yang utuh.
Sang Bijak pun tersadar dan berujar, “Mendengar sesuatu dari orang lain, jauh dari cukup. Mendengar sendiri, masih juga belum cukup. Melihat dengan mata kepala sendiri pun, jika hanya sebagian, belumlah cukup. Bahkan terkadang dapat sangat berbahaya. Maka seorang Junzi selalu meneliti hakikat perkara,” kata Kongzi setelah menyadari kekeliruannya.
“Guru, seorang yang sangat bijaksana seperti Zhisheng Kongzi pun ternyata masih dapat keliru. Mengapa hal itu dapat terjadi,” tanya sang putra mahkota pada gurunya. “Seorang nabi, seorang besar, seorang bijaksana, tidaklah serta merta terlahir sempurna. Ada sebuah proses yang harus dilalui. Namun di sinilah letak perbedaannya. Perjalanan seorang Junzi dari bawah ke atas. Sementara Xiao Ren (orang yang rendah budi) dari atas ke bawah,” jawab gurunya.
  118 | Kelas VIII SMP
        



























































































   122   123   124   125   126