Page 131 - Buku Paket Kelas 10 Agama Katolik
P. 131

                                                                                                  Dengan kekuasaan dan jabatan, banyak orang bisa mendapatkan segala yang diinginkannya.
Dengan kekuasaan dan jabatan banyak orang merasa senang karena ditakuti, dihormati, disanjung oleh orang lain.
Dengan kekuasaan dan jabatan banyak orang merasa dapat memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginannya.
Sebagai Anak Allah, Yesus mempunyai kuasa dan jabatan melebihi kuasa dan jabatan manusia, bahkan lebih tinggi dari malaikat.
Tetapi semuanya itu tidak Ia gunakan melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2:7).
Harga Diri dan Kehormatan
Harga diri, kehormatan atau gengsi tentu saja penting bila ukurannya didasari kebenaran dan kelayakan serta diperoleh dengan cara yang baik atas dasar tertentu, diri seseorang perlu dihargai, tidak boleh dilecehkan, tidak boleh dihinakan.
Tetapi dalam zaman sekarang ini harga diri, kehormatan atau gengsi sering disalah artikan.
Banyak orang mengukur harga diri dari apa yang dimilikinya: pangkat, kedudukan, harta bukan atas dasar kepribadian, dan ketekadanannya
Demi menjaga harga diri, orang yang bersalah berani berbohong dan mengaku seolah-olah benar.
Demi menjada harga diri seorang pimpinan menimpakan kesalahan pada bawahannya.
Demi menjaga harga diri orang berani menjelekkan, atau merendahkan orang lain agar seolah dirinyalah yang paling hebat.
Dalam pewartaan tentang Kerajaan Allah, Yesus telah mengingatkan: “....sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga” (Matius 18: 1-4). Harga diri seseorang justru terletak pada kerendahan hatinya, yang mau bersikap seperti anak kecil: polos, jujur, bersahaja, tidak menutup-nutupi kekurangan, dan tidak membohongi diri sendiri dan orang lain
Harga diri justru terletak pada kesediaan berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan sesama, hidup dalam kebersamaan tanpa sekat, tanpa merasa lebih baik atau lebih suci. Yesus menunjukkan hal tersebut saat ia makan bersama dengan orang berdosa, seperti dengan Lewi si pemungut cukai (Lukas 5: 29), dan menumpang di rumah Zakeus (Lukas 19: 5-7)
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 125
                                                                                              



















































































   129   130   131   132   133