Page 98 - Buku Paket Kelas 11 Seni Budaya Semester 2
P. 98

         Grup Sandiwara Penggemar Maya ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teater modern Indonesia di tahun 1950. Terlebih setelah Usmar Ismail dan Asrul Sani berhasil membentuk ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) pada tahun 1955. ATNI banyak melahirkan tokoh- tokoh teater, di antaranya Wahyu Sihombing, Teguh Karya, Tatiek Malyati, Pramana Padmodarmaja, Kasim Achmad, Slamet Rahardjo, N. Riantiarno, dan banyak lagi.
Setelah ATNI berdiri, perkembangan teater di tanah air terus meningkat, baik dalam jumlah grup maupun dalam ragam bentuk pementasan. Grup- grup yang aktif menyelenggarakan pementasan di tahun 1958-1964 adalah ATNI, Teater Bogor, STB (Bandung), Studi Grup Drama Djogja, Seni Teater Kristen (Jakarta), dan banyak lagi. ATNI banyak mementaskan naskah-naskah asing seperti Cakar Monyet karya W.W. Jacobs, Burung Camar karya Anton Chekov, Sang Ayah karya August Strinberg, Pintu Tertutup karya Jean Paul Sartre, Yerma karya Garcia Federico Lorca, Mak Comlang karya Nikolai Gogol, Monserat karya E. Robles, Si Bachil karya Moliere, dan lain-lain. Naskah Indonesia yang pernah dipentaskan ATNI antara lain Malam Jahanam karya Motinggo Busye, Titik-Titik Hitam karya Nasjah Djamin, Domba-domba Revolusi karya B. Sularto, Mutiara Dari Nusa Laut karya Usmar Ismail dan Pagar Kawat Berduri karya Trisnoyuwono.
Teater modern Indonesia semakin semarak
dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman
Ismail Marzuki, yang diresmikan pada 10 November
1968. Geliat teater di beberapa provinsi juga
berlangsung semarak. Terlebih setelah kepulangan
Rendra dari Amerika, dengan eksperimen-
eksperimennya yang monumental sehingga mendapat liputan secara nasional, seperti Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak lagi. Kemudian, Arifin C. Noer mendirikan Teater Ketjil, Teguh Karya mendirikan Teater Populer. Wahyu Sihombing, Djadoek Djajakoesoema, dan Pramana Padmodarmaja mendirikan Teater Lembaga. Putu Wjaya Mendirikan Teater Mandiri. N. Riantiarno mendirikan Teater Koma. Semaraknya pertumbuhan teater modern Indonesia dilengkapi dengan Sayembara Penulisan Naskah Drama dan Festival Teater Jakarta, sehingga keberagaman bentuk pementasan dapat kita saksikan hingga hari ini. Kita mengenal Teater Payung Hitam dari Bandung, Teater Garasi dari Yogyakarta, Teater Kubur dan Teater Tanah Air dari Jakarta, dan banyak lagi. Grup-grup teater tersebut mempunyai bentuk-bentuk penyajian yang berbeda satu sama lain, yang tidak hanya mengadopsi teater Barat, tetapi menggali akar-akar teater tradisi kita.
 Sumber: penulis
Gambar 11.16 Tata rias dan busana dengan konsep modern.
 Sumber: penulis
Gambar 11.17 Tata rias dan busana dengan konsep modern.
   92 Kelas XI sMa/Ma/sMK/MaK seMester 2
        




















































































   96   97   98   99   100