Page 219 - Buku Paket Kelas 12 Bahasa Indonesia
P. 219
semua hal secara lisan kepada banyak orang. Keberaksaraan mau tak mau harus dilembagakan dalam banyak aspek kehidupan praktis. Kesadaran tentang keharusan pelembagaan keberaksaraan ini tak perlu dipertegas lagi, sebab dalam hal ini kita telah memiliki kesadaran yang sama, yang antara lain dibuktikan dengan banyaknya gerakan dan usaha meningkatkan budaya-baca di berbagai daerah, baik dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Betapa pun tidak memadai, tersedianya informasi tertulis di terminal bus, stasiun kereta api, bandar udara dan tempat-tempat umum lainnya adalah bukti lain bahwa keberaksaraan merupakan suatu keharusan dalam kehidupan praktis sehari-hari.
Kegagapan keberaksaraan kita merupakan konsekuensi dari mengakarnya kelisanan bukan hanya dalam kehidupaan praktis sehari-hari, melainkan bahkan dalam kebudayaan kita secara umum. Pada dasarnya kelisanan (primer) merupakan ciri masyarakat komunal yang hangat dan intim —dan dalam arti itu tentu saja ia positif. Demikianlah misalnya di dalam bus, kereta api, kapal laut, atau pesawat udara kita mudah bertegur sapa dengan orang- orang yang sama sekali tidak kita kenal sebelumnya, bahkan ngobrol dengan hangat satu sama lain. Kelisanan ini jugalah kiranya yang melatari peribahasa kita yang terkenal, yaitu ”malu bertanya sesat di jalan”. Ditafsirkan secara harfiah, jika Anda tidak mengenal jalan di suatu daerah, maka Anda harus bertanya (secara lisan) tentang jalan yang akan Anda lewati agar Anda tidak tersesat —dan ingat: tak tersedia informasi tertulis yang benar-benar memadai untuk Anda.
Karena kelisanan mengakar begitu kuat, keberaksaraan kita diam-diam bekerja dengan mind-set kelisanan. Kelisanan mengandaikan seseorang bisa bertanya langsung menyangkut keterangan atau informasi lisan yang baginya tidak jelas. Karena itu, orang tidak berpikir untuk memberikan keterangan atau informasi lisan sejelas dan selengkap mungkin, toh pendengar bisa langsung bertanya tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut keterangan atau informasi lisan yang diterimanya. Orang tidak berpikir untuk memberikan keterangan atau informasi lisan sejelas mungkin, sebab dia bisa tahu apakah keterangan lisan yang diberikannya sampai di telinga penerima dengan benar atau keliru. Jika ternyata keterangan yang diberikannya sampai di telinga penerima dengan keliru, orang tersebut toh bisa langsung mengoreksinya.
Sebaliknya, keberaksaraan mengandaikan seseorang tidak memiliki kesempatan untuk bertanya atau mengonfirmasi keterangan tertulis yang baginya tidak jelas. Setelah seseorang menuangkan sebuah gagasan dalam sebuah tulisan, pembacanya tidak mungkin meminta keterangan sang penulis secara langsung tentang hal-hal yang baginya meragukan dan tidak jelas
213
Bahasa Indonesia