Page 158 - Buku Paket Kelas 9 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
P. 158
yang merupakan sabda Nabi Kongzi dalam menyikapi kemajemukan yang ada di tengah-tengah masyarakat, serta sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang multisuku dan multireligi.
Dalam sambutannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan bahwa tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih penting. Sebesar apa pun perbedaan kalian, sebagai manusia kalian tidak boleh menyebarkan kebencian, apalagi dengan menggunakan kekerasan terhadap orang yang berbeda dengan kalian. Lebih lanjut dijelaskan bahwa para tokoh dan pemimpin agama berperan penting untuk menciptakan tri kerukunan hidup umat beragama, yakni kerukunan internal umat beragama, antarumat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah. Kokohnya tri kerukunan hidup umat beragama dapat menjadi pondasi yang kokoh bagi kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara. Bapak Presiden juga menghimbau, ”Mari kalian bangun kebersamaan dan sikap kekeluargaan. Terjalinnya persaudaraan dalam kemajemukan, terciptanya rasa solidaritas di tengah perbedaan, dan timbulnya rasa saling menghormati akan menjauhkan kalian dari pertentangan, permusuhan, dan konflik. Perbedaan bukanlah kendala untuk hidup rukun. Perbedaan bukanlah untuk dipertentangkan.
Beliau juga mengingatkan, ”Kalian mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa di tengah keragaman dapat menjaga kerukunan dan harmoni. Kalian dapat hidup rukun dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi sumbangan amat berharga dalam membangun tatanan peradaban baru dunia.”
Sementara itu, Js. Wawan Wiratma, selaku Ketua Umum Matakin dalam sambutannya menyampaikan, ”Sebagai sesama anak bangsa, walaupun kalian memiliki perbedaan prinsip, pandangan; namun tetap harus rukun, bahu-membahu dalam koridor untuk bersama memajukan bangsa dan negara tercinta, Indonesia! Kalian harus tetap rukun walaupun berbeda pandangan. Jadikan perbedaan yang ada sebagai kekuatan, bukan sebagai kendala.”
150 Kelas IX SMP