Page 91 - Buku Paket Kelas 9 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
P. 91
kegiatan di sana. Khong Kauw Hwee adalah nama perkumpulan agama Khonghucu saat itu, kemudian berubah nama menjadi Makin (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Solo.
Kecintaannya pada agama Khonghucu, telah mengantarkan beliau menjadi rohaniwan agama Khonghucu. Tepatnya pada tanggal 16 April 1955, bersamaan dengan konferensi antartokoh agama Khonghucu se-Indonesia, Tjhie Tjay Ing muda menerima Liyuan sebagai seorang Jiaosheng (penebar agama Khonghucu). Konferensi tersebut menghasilkan keputusan yang bersejarah, yakni pendirian Perserikatan Kung Chiao Hui Indonesia yang menjadi cikal bakal Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin). Tokoh-tokoh yang telah berjasa dalam pembinaan rohani Tjhie Tjay Ing muda kala itu antara lain Zl. Auw Ing Kiong, Zl. Tio Tjien Ik, Zl. Dr. Kwik Tjie Tiok, Zl. Lie Hwat Swie dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.
Kemantapan hatinya dalam menjalani hidup sebagai rohaniwan agama Khonghucu, telah mengantarkan beliau menerima Liyuan sebagai Wenshi pada November 1959 dan Liyuan Xueshi pada tanggal 15 September 1963. Saat menerima Liyuan Xueshi, beliau masih berumur 28 tahun. Tjhie Tjay Ing adalah Xueshi termuda. Keputusan yang tidak mudah menjadi seorang Xueshi, mengingat harus melepaskan keduniawian serta fokus dalam pembinaan rohani dan pelayanan umat.
Tjhie Tjay Ing telah mengabdi dalam agama Khonghucu sepanjang hidupnya. Anak tertua dari pasangan Thjie Bong Hioe dan Go Hok Nio ini telah berjasa dalam meletakkan pondasi keberagamaan umat Khonghucu di Indonesia. Xueshi Tjhie, panggilan akrab beliau, turut serta memberikan sumbangsih dalam penyempurnaan/penyeragaman tata ibadah agama Khonghucu, dan menerjemahkan Kitab Sishu dan Wujing. Penyempurnaan/ penyeragaman tata ibadah dilakukan pada Musyawarah Nasional II Rohaniwan Agama Khonghucu pada tanggal 4–5 Desember 1969.
Agama Khonghucu 83