Page 207 - Buku Paket Kelas 10 Seni Budaya Semester 1
P. 207
1) Introduksi =
2) Reasing Action =
3) Konflik =
4) Klimaks =
5) Resolusi =
6) Kongklusi =
Pengenalan tokoh (misalnya Arif, Tuti, Ayah, Ibu, Paman dan Orang Tua Arif)
tokoh utama memiliki itikad (Tokoh Arif)
tokoh utama mengalami pertentangan
(Itikad Arif dihambat oleh orang tua Tuti) terselesaikannya persoalan tokoh utama
(kedua orang tua Tuti merestui Arif dalam hubungan cinta)
penurunan klimaks atau disebut anti klimaks (Kedua orang tua Arif melamar Tuti) kesimpulan cerita atau kisah
(Arif dan Tuti bersanding dipelaminan)
Faktor pertama dan utama dalam memilih naskah lakon terletak pada kekuatan memilih tema. Masalah yang diangkat, gagasan cerita yang digulirkan melalui alur, dan pesan moral bersifat aktual atau tidak. Pesan moral yang dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan agar tercipta keseimbangan hidup, harmonis, dan bermakna.
b. Tema
Tema adalah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok, yaitu (1) masalah yang diangkat, (2) gagasan yang ditawarkan, dan (3) pesan yang disampaikan pengarang.
Masalah yang diangkat di dalam tema cerita berisi persoalan-persoalan tentang kehidupan, berupa Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas. Gagasan yang ditawarkan dalam tema adalah jalan pikiran pengarang untuk memberikan gambaran cerita dari awal sampai akhir. Pesan di dalam tema sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok cerita dari pengarang.
Tema-tema yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya tentang; kepahlawanan (heroic), pendidikan (educatif), sosial (social), kejiwaan (pscykologi), keagamaan (religius). Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuhkembangkan mental, moral, dan pikir. Contoh, dalam memahami tema, temanya pendidikan; masalahnya adalah “narkoba“, gagasan atau idenya adalah “menghilangkan nyawa”, pesan moral atau nilainya adalah “jauhi narkoba” sebab menghilangkan nyawa.
Seni Budaya 199