Page 144 - Buku Paket Kelas 9 Agama Buddha.pdf
P. 144

                sungai Telavaha dan memasuki kota Andhapura. Dengan damai, mereka berdua membagi secara adil jalan-jalan yang mereka lalui masing-masing.
Di kota itu terdapat gadis dan nenek miskin. Sebelumnya mereka adalah keluarga pedagang yang kaya raya. Mereka telah kehilangan semua anak dan saudara laki-laki dan demikian pula dengan semua kekayaan mereka. Satu-satunya yang bertahan hidup adalah seorang gadis dan neneknya. Walaupun miskin, mereka memiliki sebuah mangkuk emas yang digunakan untuk makan. Mangkuk tersebut telah ditempatkan di antara panci dan wajan. Karena telah lama tidak digunakan, mangkuk itu pun tertutup oleh tanah dan kotoran sehingga kedua wanita itu tidak mengetahui bahwa mangkuk tersebut terbuat dari emas.
Suatu ketika di depan pintu rumah mereka mendengar teriakan si pedagang serakah, “Jual gerabah! Jual gerabah!” Gadis itu berkata kepada neneknya, “Oh nenek, belikanlah aku sebuah gerabah.”
“Kita sangat miskin sayangku, apa yang dapat kita tawarkan sebagai penggantinya?”
“Mengapa tidak menggunakan mangkuk yang tidak berguna bagi kita ini saja. Ayo kita tukarkan dengan mangkuk ini.”
Nenek itu menyuruh pedagang masuk ke rumah lalu memberikan mangkuk tersebut sambil berkata, “Ambillah ini tuan, sebagai gantinya berikanlah sesuatu yang pantas kepada saudara perempuanmu ini.”
Pedagang serakah mengambil mangkuk tersebut lalu membalikkan dan mengetahui bahwa mangkuk itu sebenarnya adalah emas. Dia menggoreskan sebuah garis di bagian belakang mangkuk itu dengan sebuah jarum dan dia pun yakin bahwa mangkuk itu benar-benar terbuat dari emas. Kemudian berpikir bahwa dia dapat memiliki mangkuk itu tanpa harus memberikan imbalan apa pun kepada nenek. Pedagang serakah berteriak, “Berapa nilai mangkuk ini? Mangkuk ini bahkan tidak seharga setengah koin!” Dan seketika itu juga dia melemparkan mangkuk itu ke tanah. Pedagang serakah itu segera meninggalkannya.
Seperti yang telah disepakati sebelumnya, kedua pedagang itu boleh berdagang di jalan yang sama. Oleh karena itu, Bodhisattva pun melalui jalan yang sama yang akhirnya tiba di depan rumah keluarga miskin tersebut. Dia berteriak, “Jual gerabah!” lagi-lagi, gadis itu meminta kepada neneknya agar diberikan gerabah. Nenek pun menjawab, “Sayangku, pedagang pertama tadi melemparkan mangkuk kita ke tanah dan pergi
 138
Kelas IX SMP

























































































   142   143   144   145   146