Page 85 - Buku Paket Kelas 9 Agama Buddha.pdf
P. 85
Khema berasal dari keluarga yang berkuasa di desa Sagala Magadha. Ia sangat cantik, kulitnya berwarna kuning keemasan. Kecantikan Khema tersebut membuat Raja Bimbisara untuk meminangnya dan menjadikan sebagai permaisuri. Ratu Khema amat memuja kecantikannya. Namun ia pernah mendengar bahwa Sang Buddha mengatakan bahwa kecantikan bukan hal yang utama. Oleh karena itu, Ratu Khema menghindar untuk berjumpa dengan Sang Buddha.
Raja Bimbisara mengerti sikap Ratu Khema terhadap Sang Buddha. Raja Bimbisara meminta pengarang lagu untuk menciptakan sebuah lagu yang isinya memuji keindahan hutan Veluvana. Lagu itu kemudian dinyanyikan oleh para penyanyi terkenal. Ratu Khema menjadi penasaran ketika mendengarnya. Hutan Veluvana yang digambarkan sebagai suatu tempat yang indah itu belum pernah ia dengar dan lihat sendiri. “Kalian bernyanyi tentang hutan yang mana?”, tanya Ratu Khema kepada para penyanyi. “Paduka Ratu, kami bernyanyi tentang tentang hutan Veluvana”, jawab mereka. Setelah mendengar lagu dari penyanyi tersebut Ratu Khema lalu menjadi ingin sekali mengunjungi hutan Veluvana.
Sang Buddha yang pada saat itu sedang berkumpul membabarkan Dhamma kepada murid-murid-Nya, mengetahui kedatangan Ratu Khema, lalu Sang Buddha menciptakan bayangan seorang wanita muda yang amat cantik, berdiri di samping-Nya. Ketika Ratu Khema mendekat, ia melihat bayangan wanita muda yang amat cantik, ia berpikir, “Yang saya ketahui Sang Buddha selalu berkata bahwa kecantikan bukanlah hal yang paling utama. Tetapi di sisi Sang Buddha sekarang berdiri seorang wanita yang kecantikannya luar biasa. Saya belum pernah melihat wanita secantik ini”, ucap ratu Khema dengan kagum. Ratu Khema tidak mendengarkan kata- kata yang diucapkan Sang Buddha. Pandangannya hanya tertuju kepada bayangan wanita cantik di sisi Sang Buddha.
Sang Buddha mengetahui bahwa Ratu Khema amat serius memperhatikan bayangan wanita cantik itu, lalu Sang Buddha mengubah bayangan wanita muda yang amat cantik itu perlahan-lahan menjadi wanita tua, berubah terus sampai akhirnya yang tersisa hanyalah setumpuk tulang- belulang. Ratu Khema yang memperhatikan semua itu lalu berkesimpulan;
“Pada suatu saat nanti, wajah yang muda dan cantik itu akan berubah menjadi tua, rapuh lalu mati. Ah, semua itu bukan kenyataan!”
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
79