Page 78 - Buku Paket Kelas 10 Agama Khonghucu
P. 78

        Dengan Yufu inilah Qu Yuan mendapatkan kawan bercakap-cakap, walaupun pandangan hidupnya tidak sejalan. Nelayan itu mempunyai pendoman meninggalkan hidup bermasyarakat yang buruk keadaannya itu, sedangkan Qu Yuan ingin terus mengembangkan jalan suci nabi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat banyak. Demikianlah Qu Yuan sangat akrab dengan nelayan itu.
Ketentraman Qu Yuan itu ternyata dihancurkan oleh berita hancurnya ibu kota negeri Chu, tempat Miao (Kuil) leluhurnya itu, karena diserbu orang-orang dari Negeri Qin. Hal itu menjadikan Qu Yuan yang telah lanjut usia itu merasa tiada arti lagi hidupnya, setelah dirundung kebingungan dan kesedihan. Beliau memutuskan menjadikan dirinya yang telah tua itu sebagai tugu peringatan bagi rakyat akan peristiwa yang sangat menyedihkan atas tanah air dan negerinya itu, dengan harapan dapat membangkitkan semangat rakyat untuk menegakan kebenaran dan mencuci bersih aib yang menimpa negerinya.
Ketika itu saat hari Suci Duanyang, Beliau mendayung perahunya ke tengah-tengah sungai Miluo (di provinsi Hunan), dinyanyikan sajak- sajak ciptaannya yang telah dikenal rakyat sekitarnya, yang mencurahkan kecintaannya kepada tanah air dan rakyatnya, rakyat banyak tertegun mendengar semuanya itu. Pada saat Beliau sampai ke tempat yang jauh dari kerumunan orang, Beliau menerjunkan diri ke dalam sungai yang deras alirannya dan dalam itu.
Beberapa orang yang mengetahuinya segera berusaha menolongnya, tetapi hasilnya nihil. Seharian Yufu, nelayan kawan Qu Yuan itu dengan perahu- perahu mengerahkan kawan-kawannya untuk mencari Qu Yuan, namun hasilnya sia-sia belaka.
Di tahun kedua pada saat Duanyang, ketika kembali orang merayakan Hari Suci Duanyang, Yufu telah membawa sebuah tempurung bambu, berisi beras dituangkan ke dalam sungai, untuk mengenang kembali dan menghormati Qu Yuan. Banyak orang yang mengikuti jejak Yufu.
Sumber: dokumen Kemendikbud
Gambar 4.4 Kue Cang- Bacang menjadi sajian sembahyang Duanyang
 72
| Kelas X SMA/SMK
Lebih dari itu, untuk mengenang Qu Yuan para nelayan sungai Miluo mengadakan lomba perahu naga pada saat sembahyang Duanyang. Perayaan lomba perahu naga ini selanjutnya dikenal orang sebagai perayaan Bachuan (mendayung perahu).
          
























































































   76   77   78   79   80