Page 121 - Buku Paket Kelas 10 Agama Hindu
P. 121
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa filsafat Vedānta bersumber dari Upaniṣad. Brahma Sūtra atau Vedānta Sūtra dan Bhagavad Gītā. Brahma Sūtra mengandung 556 buah Sūtra, yang dikelompokkan atas empat bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sādhāna dan Phala. Pada bab pertama, pernyataan tentang sifat Brahman dan hubungannya dengan alam semesta serta roh pribadi. Pada bab II, teori-teori Sāṁkya, Yoga, Vaiśeṣika dan sebagainya yang merupakan saingannya dikritik, dan jawaban yang sesuai diberikan terhadap lontaran pandangan ini. Pada bab III, dibicarakan tentang pencapaian Brahmavidyā. Pada bab IV, terdapat uraian tentang buah (hasil) dari pencapaian Brahmavidyā dan juga uraian tentang bagaimana roh pribadi mencapai Brahman melalui Devayana. Setiap bab memiliki empat bagian (Pāda). Sūtra- sūtra pada masing-masing bagian membentuk Adikaraṇa atau topik-topik pembicaraan. Lima Sūtra pertama sangat penting untuk diketahui karena berisi intisari ajaran Brahma Sūtra, yaitu :
1) Sūtra pertama berbunyi : Athāto Brahmajijñāsā oleh karena itu, penyelidikan ke dalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan obyek dari keseluruhan system dalam satu kata, yaitu : Brahma-jijñāsā yaitu keinginan untuk mengetahui Brahman.
2) Sūtra kedua adalah : Janmādyasya yataḥ - Brahman adalah KeṢaḍaran Tertinggi, yang merupakan asal mula, penghidup serta leburnya alam semesta ini.
3) Sūtra ketiga : Sāstra Yonitvāt – Kitab Suci itu sajalah yang merupakan cara untuk mencari pengetahuan yang benar.
4) Sūtra keempat : Tat Tu Samvayāt – Brahman itu diketahui hanya dari kitab suci dan tidak secara bebas ditetapkan dengan cara lainnya, karena Ia merupakan sumber utama dari segala naskah Vedānta.
5) Sūtra kelima: Īkṣater Nā Aśabdam – Disebabkan ‘berfikir’, Prakṛti atau Pradhāna bukan didasarkan pada kitab suci.
Sūtra terakhir dari bab IV adalah Anāvṛṭṭiḥ Śabdāt Anāvṛṭṭiḥ Śabdāt –
Tak ada kembali bagi roh bebas, disebabkan kitab suci menyatakan tentang akibat itu. Masing-masing buku tersebut memberikan ulasan isi filsafat itu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh sudut pandangannya yang berbeda. Walaupun obyeknya sama, tentu hasilnya akan berbeda. Sama halnya dengan orang buta yang merabah gajah dari sudut yangg berbeda, tentu hasilnya akan berbeda pula.
Demikian pula halnya dengan filsafat tentang dunia ini, ada yang memberikan ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja), dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diri-Nya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan suatu teka-teki, apakah dunia ini benar-benar ada ataukah dunia ini betul-betul maya.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | 115