Page 57 - MODUL APRESIASI PROSA Berbasis kearifan Lokal Batak Toba
P. 57

(Sinamot) yang tidak sanggup dibayar oleh pihak lelaki. Kedua karena
      tidak adanya persesuaian. Sebab antar kempung masih terjadi perseteruan.
          Jogal ana Mangaraja Parhujinjang justru ingin menghapus perseteruan
      itu. Agar kedua Huta  (Kampung) bisa berdamai, dia mangaluahon sang
      putri si Boru Anting na Rumondang, anak Raja huta Bariba. Mangalua,
      biasannya memakan proses lama. Terlebih Belanda tak menginginkan ada
      Huta yang memiliki kekuatan perseteruan antar huta selalu terjadi. Tak
      lepas dari peran Belanda membesarkan perseteruan itu. Misi perkawinan,
      selain cinta, juga memiliki unsur politik untuk menyatukan kekuatan. Tak
      terpenuhi  Belanda  kemudian  mengangkat  Raja  Huta  Bariba  menjadi
      Nagari putrinya diambil kembali. Perang antar kampung tak terelakkan
          Jogal tak pernah mau berunding dengan Belanda bagi mereka Belanda
      dikenal  licik.  Sisingamangaraja  XII,  juga  tak  mau  berunding.  Itulah
      alasannya mengapa Jogal tak mau berungding dengan Belanda licik harus
      dilawan dengan licik. Siap berperang adalah tekad. Walau akhirnya takluk
      juga di tangan Belanda yang memiliki kekuatan dengan tentara terlatih
      dan kelicikannya.
          Ketika  Jogal  bebas  dari  tahanan  (masuknya  Jepang)  dia  pulang
      kampung.  Orang  di  kampungnya  sudah  banyak  agama  Kristen  dan
      meninggalkan  agama  leluhur.  Jogal  seorang  Mangaraja,  meninggal
      dengan  mengenaskan,  tanpa  penguburan  adat  yang  besar  dan  megah,
      layaknya seorang mangaraja. Tragis!

      Sumber:      http://institutesumatera.blogspot.com/2016/02/sinopsis-novel-mangalua-
      karya-idris.html
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62