Page 17 - ACTIVE EDISI FEBRUARI 2109
P. 17
BULAN K3 2019
MENUJU ZERO LOST TIME ACCIDENT, Scorecard, kuisioner wajib diisi seluruh karyawan,
mulai Top Management, Middle Management, hingga
pelaksana dan kontraktor.
Pupuk Kaltim Gelar Survei Safety Culture Konsultan Health, Safety and Environment (HSE)
Murtjahjanto,
yang
Bambang
hadir
Indonesia
pada kesempatan itu menyampaikan, sebelum
melaksanakan survey, wajib dilakukan pemetaan posisi
budaya K3 perusahaan sesuai acuan yang berlaku.
Acuan budaya K3 yang saat ini diterapkan perusahaan
dunia, merujuk kepada Sheel dan Dupont, dengan
karakteristik masing-masing. “Perbedaan keduanya
terletak pada level budaya K3 yang diterapkan. Sheel
memiliki 5 level budaya K3, sedangkan Dupont hanya
4 level,” kata Bambang. Level terbawah budaya K3
menurut Sheel bersifat patologi, yakni bekerja tanpa
ada standar dan perhitungan.
Seluruh pekerjaan hanya didasarkan pada common
sense, tanpa ada usaha untuk memetakan apa yang
akan dilakukan terhadap standar, sehingga pekerjaan
memiliki risiko sangat tinggi. Namun jika perusahaan
mulai memiliki upaya perbaikan kondisi tersebut,
dengan menerapkan standar meski belum mencapai
target, maka budaya K3 naik pada level Reaktif, yakni
menindaklanjuti saat sadar adanya penyimpangan.
“Dua budaya tersebut tidak sesuai dengan kaidah
teknologi yang seharusnya,” kata Bambang.
Akan tetapi jika perusahaan mampu memperbaiki
standar dan berhasil naik pada tataran batas (limit),
maka budaya K3 turut menanjak pada level Kalkulatif.
Saat seluruh perbaikan level Kalkulatif berhasil melebihi
standar, budaya K3 masuk pada tingkat Proaktif, yang
seharusnya mulai dikejar hingga mencapai level
Generatif. “Level Generatif berupa penerapan standar
yang saat ini dipakai, dibarengi berbagai upaya
menumbuhkan standar baru di lingkungan kerja,”
tambah Bambang.
Sementara menurut Dupont, Patologi dan Reaktif
digabung pada satu level. Agar Reaktif bergeser,
maka perusahaan wajib melakukan perbaikan hingga
mencapai level budaya Dependent, yakni pengawasan
atau supervisi yang kuat sehingga mampu memastikan
tidak ada penyimpangan dengan kondisi aman
terlebih dulu. Level selanjutnya menurut Dupont yakni
budaya Independent, dimana karyawan yang mampu
menerapkan serta memahami level Dependent dengan
baik, mulai dilepas secara perlahan. Level selanjutnya,
saat karyawan mampu melakukan sharing dan lebih
generatif dengan menimbulkan ide baru, maka budaya
K3 perusahaan dapat dikategorikan pada level Inter
Dependent (tertinggi). “Untuk mencapai level budaya
tersebut, perlu adanya Key Performance Indicator
(KPI) sebagai target yang harus diperbaiki dengan
memahami seluruh karakteristik yang ada. Upaya ini
patut diterapkan secara baik dan konsisten di Pupuk
Kaltim,” pungkas Bambang. (*/vo/nav)
Active Pupuk Kaltim Edisi 30 Februari 2019 17