Page 316 - Toponim sulawesi.indd
P. 316

302     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


               jauh sebelumnya tilamoeta sebagai bagian dari wilayah kerajaan Boalemo.


                     Dalam perkembangan sejarah terbentuknya Gorontalo, nama
               Tilamuta sendiri hampir-hampir tidak disebutkan karena ditutupi dan
               didominasi nama kerajaan Boalemo sebagai induknya. Di masa itu,

               kepadatan penduduk menurut jiwa barulah 6-10 orang per-kilometer, dan
               jumlah penduduk dalam suatu wiayah yang luas berkisar 100 – 300 orang/

               penduduk. Namun dapat dipastikan nama Tilamuta sudah ada sejak awal
               terbentuknya Gorontalo, bahkan jauh sebelumnya sudah disebut. Ketika
               terjadi perjanjian persekutuan persahabatan lima kerajaan yang berkumpul

               dan berserikat “ limo lo pohalaa” yang diprakarsai oleh kerajaan Gorontalo
               dan Limboto (sebelumnya  persekutuan  dua kerajaan  “duluwo pohalaa”;

               “janjia lou duluwo pohalaa” kerajaan Gorontalo dan kerajaan Limboto tahun
               1672), Tilamuta sebagai suatu nama dan tempat disebut sebagai bagian dari
               wilayah kerajaan Boalemo. Kerajaan Boalemo sendiri dibawah pengaruh kuat

               kerajaan Limboto (Apriyanto, 2012: 14; Hassanudin & Amin, 2013: 39-40;
               Bastiaan, 1996: 212-215). Di masa penguasaan VOC atas wilayah ini dengan
               perjanjian dagangnya, Tilamuta juga dikenal sebagai nama suatu perusahaan

               pertambangan yang disebut “Mijnbouw Maatschappij Tilamoeta” (Witkamp,
               1898:25).


                     Boalemo sebagai sebuah nama kerajaan  mulai  eksis ketika
               menggantikan kerajaan  Bolango  yang  keluar  dari ikatan perjanjian
               persekutuan persahabatan  dan  kekerabatan  dari lima  kerajaan  yang

               berserikat dan berkumpul “limo lo pohalaa”. Keluarnya kerajaan Bolango
               disebabkan  oleh  tekanan yang kuat, hegemoni  dan  dominasi  Belanda
               terhadap penguasaan sumberdaya ekonomi, seperti hasil-hasil hutan dan

               emas di wilayah ini. Kerajaan Bolango sendiri menolak intervensi VOC atas
               penguasaan ekonomi dimaksud sehingga mereka menyatakan keluar dari
               ikatan perjanjian “limo lo pohalaa”. Ke-lima kerajaan yang tergabung dalam

               “limo lo pohalaa” (Gorontalo, Limboto, Bone-Bintauna-Suwawa, Attinggola,
   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320   321