Page 133 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 133

memegang  bermacam  senjata  dan  yang  sikapnya  semua  penuh  curiga  dan

               permusuhan, kecuali Bouw Tang Kui, Sia Gin Hwa, Lu Kiat dan belasan orang

               lagi yang belum lama dibuang kesitu sehingga mereka ini mengenal Sin Liong

               sebagai murid Han Ti Ong yang selalu baik kepada mereka, bahkan banyak di

               antara mereka yang pernah diobati oleh pemuda ini.


               "Hayo berlutut di depan tocu!" kata Si Brewok sambil mendorong Sin Liong ke

               depan.  Akan  tetapi  Sin  Liong  dengan  tenang  berdiri  di  depan  To-cu  itu  dan

               memandang penuh perhatian. Orang ini sudah tua, sedikitnya tentu ada enam

               puluh  tahun  usianya.  Kepalanya  besar  sekali,  tubuhnya  kurus  kecil  sehingga

               kelihatan  lucu,  seperti  seekor  singa  jantan  yang  duduk  di  kursi!  Sepasang

               matanya  bersinar-sinar,  mulutnya  menyeringai.  Sebetulnya  wajahnya  tampan,

               akan  tetapi  karena  sikapnya  yang  ganas  itu  membuat  wajahnya  kelihatan

               menyeramkan dan menakutkan. Pakaiannya tidak seperti pakaian sebagian besar

               penghuni Pulau Neraka yang butut, melainkan pakaian dari kain yang baru dan

               bersih. Kursinya terbuat dari tulang-tulang berukir, dan di kedua lengan kursinya

               dihiasi dengan rangka ular dengan moncongnya ternganga lebar memperlihatkan

               gigi yang runcing melengkung. Di sebelah kana ketua Pulau Neraka ini duduk

               seorang anak perempuan yang tadinya hampir membuat Sin Liong salah kira.

               Anak  itu  usianya  sebaya  dengan  Swat  Hong,  seorang  anak  perempuan  yang

               cantik  dan  tersenyum-senyum,  sikapnya  kelihatannya  gembira  dan  mungkin

               karena sebaya maka kelihatanya mirip dengan Swat Hong. Hampir saja Sin Liong

               tadi memanggilnya ketika mula-mula memasuki ruangan. Ketika melihat betapa

               pemuda  tawanan  itu  memandangnnya  penuh  perhatian,  anak  perempuan  itu

               tersenyum-senyum. Melihat Sin Liong tidak mau berlutut di depannya, kakek itu

               memandang tajam, kemudia berkata berlahan, suaranya rendah, "Hemmm, kau

               tidak mau berlutut, ya? Hendak kulihat kalau kedua lututmu patah, kau berlutut

               atau tidak?" Berkata demikian, tiba-tiba tangan kakek itu menyambar sebatang

               toya dari tangan seorang penjaga, menekuk toya itu sehingga patah tengahnya





                                                           132
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138