Page 161 - LKPD Ekonomi Kelas XI Semester 1
P. 161
Kegiatan Diskusi
Bacalah artikel di bawah ini
BI: Cetak Uang Bukan Kebijakan Moneter Yang Prudent
Marketnews.id Bank Indonesia (BI) menegaskan, tidak akan memenuhi tuntutan dari
berbagai pihak khususnya DPR RI yang ingin BI mencetak uang sendiri untuk membiayai
penangangan wabah corona. Uang tersebut termasuk untuk mendanai pemulihan perekonomian
nasional. Hal itu karena tugas pokok dan fungsi BI adalah melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah
dan juga menjaga tingkat inflasi. Apabila dipaksa melakukan pencetakan uang dalam skala yang
besar tanpa melalui mekanisme yang berlaku merupakan hal yang tidak lazim. Gubernur BI, Perry
Warjiyo, mengatakan bahwa BI tidak bisa langsung mengedarkan uang secara langsung kepada
masyarakat sebab fungsi ini hanya bisa dilakukan oleh lembaga pembiayaan atau Pemerintah.
Fungsi BI murni untuk stabilisasi moneter sehingga setiap kebutuhan uang yang beredar harus atas
koordinasi dengan Kementerian Keuangan.
Menurut Perry, usulan dari berbagai pihak agar BI segera melakukan pencetakan uang saat
ini sangat menyesatkan masyarakat dan bahkan membuat publik bingung.
“Cetak uang itu tidak sejalan dengan praktik kebijakan moneter yang prudent. Jadi supaya tidak
menambah kebingungan masyarakat, maka masyarakat harus kita berikan pemahaman. Pandangan
itu bukan kebijakan moneter yang lazim dilakukan Bank Central dan itu tidak akan dilakukan BI,”
kata Perry dalam pers breafing secara virtual, Rabu (6/5).
Dijelaskannya peran yang bisa dilakukan BI untuk membantu memenuhi kebutuhan uang di tengah
kebutuhan masyarakat yang meningkat akibat pandemi wabah corona adalah dengan mengucurkan
likuiditas atau quantitative easing dan juga operasi moneter.
BI baru akan melakukan pencetakan uang ketika ada kesepakatan dengan Kementerian
Keuangan dan di saat likuiditas sudah tidak mampu memenuhi. Namun dalam hal pencetakan
sendiri harus memenuhi kaidah dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan perundang-undangan.
Perry menambahkan hingga awal Mei 2020 ini injeksi likuiditas yang telah dilakukan BI kepada
perbankan sudah mencapai Rp503,8 triliun. Jumlah ini terdiri dari Rp386 triliun yang dikucurkan
pada periode Januari – April 2020 dan tambahan sebesar Rp117,8 triliun yang dilakukan pada Mei
2020.
Secara detail injeksi likuiditas yang mencapai Rp386 triliun ini dikucurkan melalui
transmisi pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder senilai Rp166,2 triliun, term
repo perbankan sebesar Rp137,1 triliun, FX Swap sebesar Rp29,7 triliun dan penurunan Giro Wajib
Minimum (GWM) rupiah periode Januari – April 2020 sebesar Rp53 triliun. Sedangkan
quantitative easing yang dilakukan pada awal Mei 2020 dengan nilai Rp117,8 triliun tersebut terdiri
ditransmisikan melalui penurunan GWM sebesar Rp102 triliun. Kemudian tidak mengenakan
kewajiban tambahan giro bagi yang tidak memenuhi RIM (rasio intermediasi makroprudensial)
sebesar Rp15,8 triliun. Dengan intervensi BI yang sudah mengucurkan likuiditas besar tersebut
EKONOMI KELAS XI | 157